Sejarah Jembatan Gladak Perak yang Putus Akibat Erupsi Gunung Semeru
Jembatan Gladak Perak merupakan jantung lalu lintas
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Jembatan Gladak Perak putus akibat erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021). Akibat putusnya jembatan ini, tentunya transportasi Lumajang-Malang terganggu.
Jembatan Gladak Perak merupakan salah satu warisan dari kolonial Belanda. Jembatan ini dibangun selama 15 tahun, tepatnya pada 1925 hingga 1940. Seperti apa sejarahnya?
Baca Juga: 700 Orang Bantu Pencarian Korban Erupsi Gunung Semeru
1. Jantung transportasi di masa kolonial
Gladak Perak memang menjadi jembatan paling penting karena menghubungkan kawasan Lumajang dari dan ke Malang. Ini merupakan akses utama dalam lalu lintas Lumajang-Malang.
Dalam prosesnya, pemerintah kolonial Hindia-Belanda membangun jembatan ini dengan maksud untuk memasok logistik makanan dari Lumajang. Kala itu, bahkan hingga sekarang, Lumajang memang menjadi lumbung pangan, paling utama buah-buahan di wilayah Jawa Timur.
Sebelum membangun jembatan Gladak Perak dengan konstruksi besi, pemerintah kolonial Hindia Belanda ternyata sudah membangun jembatan gantung di atas Sungai Besuk Sat, Kecamatan Pronojiwo.
Karena tingkat keamanannya yang kurang baik, maka pemerintah kolonial kala itu menginstruksikan agar dibangun jembatan yang lebih kokoh.
Pada akhirnya, pemerintah kolonial membangun jembatan Gladak Perak yang memiliki lebar empat meter dan panjang 100 meter tersebut.
Baca Juga: Jembatan Gladak Perak Putus, Ini Rekayasa Lalin Lumajang-Malang