TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

24 Maret Hari Tuberkulosis Sedunia: Sejarahnya

Penyakit Tuberkulosis ini sudah ada berabad-abad lalu, lho!

https://assets.futuready.com

Pada tanggal 24 Maret, seluruh dunia memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia. Hari ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahayanya penyakit Tuberkulosis. Indonesia sendiri menjadi negara penyumbang kasus TBC terbanyak kedua setelah India. Pada tahun 2020 saja, ada sebanyak 393.323 orang Indonesia yang ternotifikasi kasus TBC.

Berikut ini adalah awal mula Hari Tuberkulosis Sedunia ditetapkan. Yuk, dibaca!

Baca Juga: Hari Hutan Sedunia 2022: Yuk Jaga Rimba, Perangi Perubahan Iklim!

Sejarah Hari Tuberkulosis Sedunia

Dr. Robert Koch (id.wikipedia.org)

Penyakit Tuberkulosis ini ternyata sudah ada sejak berjuta-juta tahun lamanya, lho. Namun, pada saat itu belum diketahui pasti tentang nama dan penyebab dari penyakit ini. Sampai pada akhirnya pada 24 Maret 1882, seorang ilmuwan bernama Robert Koch menemukan bahwa Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri patogen yang dapat menularkan penyakit tuberkulosis. 

Adanya penemuan ini, mematahkan keyakinan dimana TBC merupakan penyakit yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya. Penemuan ilmuwan asal Jerman tersebut menjadi momentum dalam pengendalian dan upaya menghilangkan penyakit ini. 

Tepat seabad kemudian, yaitu pada tahun 1982, ditetapkan lah tanggal 24 Maret sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia. Ditetapkannya hari tersebut tidak lain bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang dampak membahayakan dari penyakit Tuberkulosis ini. Dengan adanya tujuan tersebut, diharapkan dapat membentuk kesadaran dan pemahaman masyarakat akan hal ini. Sehingga, angka penularan dan kematiannya pun bisa menurun.

Tuberkulosis di Indonesia

economictimes.indiatimes.com

Di Indonesia sendiri, penyakit ini juga memiliki sejarah panjang, nih. Hal ini dibuktikan dengan adanya catatan kasus TBC pada salah satu relief di Candi Borobudur pada abad ke-8. 

Pada jaman Hindia Belanda pun, penyakit ini tetap menghantui masyarakat Indonesia. Dengan begitu, dibentuklah yayasan bernama Stichting Centrale Vereniging Voor Tuberculose Bestrijding (CVT) pada tahun 1933. Didirikan juga 15 sanotorium untuk perawatan pasien TBC dan 20 consultatie bureaux untuk memberikan penyuluhan dan juga pengobatan.

Pada saat Indonesia diduduki oleh Jepang, usaha penganggulangan TBC ini sempat hancur. Namun, akhirnya Indonesia kembali membangun dan mengusahakan upaya-upaya pemberantasan penyakit mematikan ini. 

Baca Juga: Waspada, 5 Gejala TBC Paru yang Sering Diabaikan Penderitanya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya