Pancasila Sejatinya Nilai Universal, Harus Dipahami dengan Benar
MPR gelar sarasehan sambut hari lahir Pancasila 1 Juni
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Direktur Institut Filsafat Pancasila Yoseph Umarhadi mengungkapkan, Pancasila sejatinya adalah nilai-nilai dasar dan universal (filsafat) yang dihayati dan dihidupi selama ratusan tahun oleh Bangsa Indonesia.
“Para pendiri meletakkan bangunan negara ini di atas suatu dasar filsafat yang kokoh (philosophische grondslag),” ujar Yoseph yang menjadi anggota DPR/MPR RI selama 1999-2019.
Karena itu, kata Yoseph, setiap warga dan penyelenggara negara seharusnya memahami Pancasila dengan benar, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari, sehingga menjadi pandangan hidup, jiwa, dan filosofi dasar bagi Bangsa Indonesia.
Namun, menurut Yoseph, saat ini pembicaraan tentang Pancasila semakin mengendur dan jauh dari kehidupan masyarakat, hingga membuat pelaksanaan demokrasi di Indonesia cenderung bersifat liberal dan prosedural.
Baca Juga: 1 Juni Hari Lahir Pancasila: Pengertian, Sejarah, dan Kronologi
1. Perlu mengembangkan pemahaman Pancasila menjadi lebih filosofis daripada politis
Untuk memperingati Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni 2022, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia bekerja sama dengan Institut Filsafat Pancasila mengadakan sarasehan bertajuk Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara dan Relevansinya dalam Kehidupan Bersama.
Yoseph mengungkapkan, sarasehan yang digelar di Gedung Nusantara V, Kompleks DPR/MPR RI, Jakarta, pada Kamis 2 Juni 2022, secara khusus bertujuan mengembangkan pemahaman tentang Pancasila yang selama ini lebih banyak bermuatan politis, menjadi pemahaman yang lebih filosofis.
Yoseph mengatakan, kesan pada umumnya menganggap Pancasila merupakan domain elite yang pembahasannya berada di istana pada zaman Orde Baru, kemudian beralih ke gedung DPR/MPR RI pada zaman reformasi.
"Karena itu, sarasehan ini berharap bisa memindahkan titik koordinat elitis (bumi yang datar) menuju ke publik atau semua warga/rakyat (bumi yang bulat) sebagai pemegang kedaulatan dan menjadi diskursus publik," ujarnya.
Baca Juga: Jokowi Terbang ke NTT untuk Pimpin Upacara Hari Lahir Pancasila