TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tips Agar Ibadah Haji Jemaah Lansia Sempurna Sejak Masuk Kota Makkah

Ada keringanan saat tawaf, sa'i, dan lempar jumroh

Jemaah beribadah depan Kakbah (IDN Times/Sunariyah)

Jakarta, IDN Times - Agama itu tidak untuk membuat beban, tapi melahirkan ketentraman, kenyamanan, kesenangan dan kebahagiaan. Berangkat dari prinsip ini, kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftah Faqih, maka jemaah haji yang sudah lanjut usia (lansia) dan sakit, bisa mendapat keringanan-keringanan saat menjalankan ibadah haji dan umrah di Tanah Suci.

Apa saja keringanan-keringanan yang bisa didapatkan jemaah lansia agar sempurna ibadah haji dan umrahnya? Berikut penjelasan Kiai Miftah.

Baca Juga: Tips Agar Jemaah Haji Terhindar dari Sakit ISPA dan Gangguan Kesehatan

Baca Juga: 489 Petugas Haji Sudah Tiba di Saudi Bersiap Sambut Jemaah Indonesia 

1. Tawaf, tidak harus keliling 7 kali berturut-turut, bisa jeda

Jemaah tengah melaksanakan tawaf di Ka'bah (IDN Times/Sunariyah)

Pada musim haji 2023, terdapat 76 ribu jemaah lansia. Di antara jumlah itu, banyak yang berusia 80 tahun ke atas. Bahkan beberapa jemaah ada yang usianya sudah di atas 100 tahun.

Bagi jemaah yang sudah sepuh atau kondisi fisiknya renta dan mengalami kelelahan, Kiai Miftah menganjurkan agar mereka tidak langsung diajak tawaf atau berjalan mengelilingi Ka'bah begitu memasuki Kota Makkah. Jemaah lansia harus diistirahatkan dulu dan dibuat nyaman.

"Kalau dia langsung diajak tawaf maka dia akan terancam hidupnya, nyawanya, maka harus diistirahatkan, dibuat nyaman," ujar Miftah.

Baru setelah jemaah lansia itu nyaman kemudian melakukan tawaf. Tawaf pun tidak harus langsung berturut-turut 7 putaran.

"Tawaf 7 kali berturut-turut itu menjadi syarat, dapat 2 putaran bisa istirahat dulu kalau dipaksakan nanti jatuh, jantungan, maka boleh istirahat," jelas Miftah.

"Ada jeda itu gak apa-apa, tetap nyaman. Prinsipnya jemaah harus nyaman,  beragama itu nyaman, suka cita, agama itu tidak untuk membuat beban tapi untuk melahirkan ketentraman, kenyamanan kesenangan dan kebahagiaan," papar Miftah.

2. Sa'i dan lempar jumrah bisa dibadalkan

Jemaah melaksanakan sa'i antara bukit Safa dan Marwah (IDN Times/Sunariyah)

Tidak hanya saat tawaf, jemaah lansia yang kondisinya sudah renta atau kelelahan, juga bisa mendapatkan keringanan saat melaksanakan sa'i. Sa'i merupakan rangkaian ibadah umrah dan haji yang dilakukan setelah tawaf, yakni berjalan kaki dari bukit Shafa ke bukiy Marwah sebanyak 7 kali.

Bagi jemaah lansia, sa'i tidak harus dilaksanakan 7 kali berturut-turut.

"Sekali jalan terus berhenti, nanti lanjut lagi, atau kalau dia sudah mencoba dan gak kuat boleh dibadalkan, dijalankan orang lain. Kenapa? Masaqoh tadi, rentanya itu," ujar Miftah.

Bagi jemaah lansia yang kondisi fisiknya tidak memungkinkan, setelah wukuf, tawaf ifadah dan jumrah aqobahnya bisa dibadalkan atau dikerjakan orang lain.

" Lebih diutamakan dibadalkan kalau kondisi jemaah lansia, lebih afdol," ucapnya.

3. Melaksanakan ibadah sunnah di hotel agar tak kelelahan saat puncak haji

ilustrasi salat tahajud (IDN Times/Aditya Pratama)

Untuk ibadah-ibadah lainnya, jemaah lansia dianjurkan untuk melakukannya di hotel tempat menginap, tidak perlu memaksakan diri untuk beribadah di Masjidil Haram.

"Lho aku kan mau salat di Masjidil Haram untuk mendapatkan pahala yang berlipat-lipat? Di hotel pun juga berlipat-lipat, pahala yang berlipat ganda itu tidak mutlak di masjid saja, tapi di tanah haram seluruhnya," ujar Miftah.

Jemaah haji lansia dianjurkan melaksanakan ibadah-ibadah lainnya yang tidak wajib di dalam hotel, agar nanti saat puncak haji yakni wukuf di Arah tidak kelelahan, sehingga bisa melaksanakan rukun haji.

4. Jemaah lansia bisa pakai pampers berperekat saat memakai ihram

Ilustrasi. Jemaah haji di Jembatan Jamarat, Mina, Arab Saudi (IDN Times/Umi Kalsum)

Jemaah lansia yang tidak bisa menahan buang air kecil atau beser dan hernia, bisa memakai pampers saat memakai ihram. Yang penting saat memakai ihram dalam kondisi suci.

"Boleh dia menggunakan atasan yang tidak berjahit, pampers (yang berperekat) atau apa gitu. Situasi darurat, apapun bisa dilakukan, yang penting itu bukan jahitan untuk menjaga supaya tidak najis pakaiannya," ujar Miftah.

"Yang penting pada saat memakai ihram dan ketika niat umrah itu, dia dalam kondisi suci," lanjutnya.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya