Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jakarta, IDN Times - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Muridan S Widjojo, memaparkan hasil riset mengenai permasalahan di Papua. Dalam riset tersebut diketahui salah satu akar permasalahan di Papua adalah politik.
"Dialog menjadi penting untuk membuat masyarakat Papua dan Pemerintah Indonesia bersepakat mengenai akar masalah itu dulu," kata Muridan seperti dikutip di situs lipi.go.id.
Baca Juga: Ribuan Mahasiswa Papua Pulang Diduga Akibat Mengalami Teror-Intimidasi
1. Rakyat Papua ingin dialog kesepakatan
(Ilustrasi) Twitter/@KSPgoid Muridan mengatakan permasalahan di Papua antara lain terjadi karena pemerintah menganggap masyarakat di Papua menginginkan kemerdekaan. Padahal bukan itu keinginan warga Papua.
"Mereka bilang tidak seperti itu. Nah oleh karena itu, ini perlu dibentuk suatu kesepakatan dulu. Dialog akan membuka jalan untuk itu, " kata Muridan.
2. Sejarah dan status politik Papua menjadi akar permasalahan
Menurut studi yang dilakukan LIPI, ada 4 akar masalah di Papua. Pertama, masalah sejarah dan status politik integrasi Papua ke Indonesia.
"Orang Papua masih belum merasa bahwa proses integrasi ke dalam Indonesia itu benar. Itu harus dibicarakan," terang Muridan.
Permasalahan kedua, lanjut Muridan, terkait operasi militer yang terjadi karena konflik yang tak terselesaikan. Operasi militer yang berlangsung sejak 1965 membuat masyarakat Papua memiliki catatan panjang mengenai kekerasan negara dan pelanggaran hak asasi manusia.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
"Itu membuat masyarakat Papua semakin sakit hati terhadap Indonesia. Luka kolektif itu terpendam lama dan selalu mereka sosialisasikan itu di honai-honai (rumah)," ungkap dia.
3. Permasalahan di Papua membuat mereka merasa tersingkir
Muridan mengatakan permasalahan di Papua menimbulkan stigma sebagai orang yang termarjinalisasikan. Dengan migrasi, pembangunan, dan lain-lain yang tidak melibatkan orang Papua, maka mereka merasa tersingkir.
Jika sudah merasa tersingkir dengan kenyataan kondisi pendidikan dan kesehatan yang buruk, kata Muridan, masyarakat Papua semakin merasa terdiskriminasi oleh proses modernisasi.
"Kalau Anda kurang gizi dan bodoh, maka Anda tidak akan dapat pekerjaan yang baik. Di situ Anda terdiskriminasi oleh struktur, " jelas Muridan.
Baca Juga: Haris Azhar Sebut 2 Pengacara Aktivis Papua Ditabrak Secara Misterius