TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jika Partai Demokrat Gabung Pemerintah, Demokrasi Bisa Rusak

Pengamat menilai tak akan ada lagi penyeimbang

ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid

Jakarta, IDN Times - Direktur Eksekutif Indonesia Politican Review (IPR), Ujang Komarudin, menilai kudeta di dalam tubuh Partai Demokrat oleh Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, menjadi salah satu langkah Presiden Joko "Jokowi" Widodo untuk merangkul oposisi.

Namun, Ujang mengatakan jika oposisi semakin berkurang dan hanya menyisakan PKS, maka hal itu sama saja dengan membunuh demokrasi di Indonesia.

"Mungkin saja, oposisi ingin dihabisi agar pemerintah aman. Namun, hal tersebut akan merusak demokrasi, karena tak ada check and balance," kata Ujang saat dihubungi IDN Times, Sabtu (6/3/2021).

Baca Juga: Usai KLB Sumut, Nasib Partai Demokrat Ada di Kemenkum HAM

1. Kudeta Partai Demokrat dinilai menjadi langkah Jokowi untuk merangkul oposisi

Presiden Jokowi pimpin rapat terbatas di Istana Merdeka pada Senin (19/10/2020) (Dok. Biro Pers Kepresidenan)

Menurut Ujang, kasus kudeta Partai Demokrat ini bisa saja menjadi strategi Presiden Jokowi untuk menghabisi lawan politik. Sehingga, partai oposisi bisa pergi menuju sisi pemerintah semua.

"Partai-partai koalisi sudah bertekuk lutut, dan oposisi juga dipecah, ditaklukkan serta dikudeta," ujar Ujang.

2. Jika oposisi bergabung ke pemerintah, maka tidak akan ada lagi penyeimbang

Presiden Jokowi beri sambutan di acara Pembukaan Inovasi Indonesia Expo 2020 pada Selasa (10/11/2020) (Dok. Biro Pers Kepresidenan)

Dengan membuat semua partai menjadi pendukung pemerintah, Ujang mengatakan hal itu justru membunuh demokrasi di Indonesia. Sebab, tidak akan lagi ada penyeimbang dalam pemerintahan.

"Karena tak ada check and balance lagi. Tak ada kontrol lagi dari partai terhadap pemerintah. Akhirnya, pemerintah berjalan seenaknya," ungkap dia.

Baca Juga: KLB Partai Demokrat di Sumut Dinilai Tak Lazim

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya