TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Keren! Ini 5 Pasukan Elite Pemberantas Teroris di Indonesia

#MenjagaIndonesia

Ilustrasi pasukan elite Kopaska-TNI AL (Kopaska-TNI AL)

Jakarta, IDN Times - Terorisme menjadi salah satu musuh paling berbahaya bagi Indonesia. Demi menumpas terorisme, Indonesia memiliki banyak pasukan elite, baik dari kepolisian maupun TNI.

Aksi-aksi pasukan elite itu sudah sering terlihat di layar kaca. Apalagi jika terjadi aksi terorisme. Namun, tidak semua mengetahui apa saja nama pasukan elite pemberantas teroris? Penasaran? Berikut lima pasukan elite TNI dan Polri yang bertugas memberantas terorisme.

Baca Juga: Di Tengah COVID-19, Densus 88 Tangkap 3 Terduga Teroris di Banten

1. Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri

Ilustrasi anggota pasukan Densus 88 Antiteror (ANTARA FOTO/Umarul Faruq)

Bila mendengar namanya, tentu semua orang sudah tidak asing dengan nama Detasemen Khusus 88 (Densus 88) Antiteror yang berasal dari Polri. Maraknya aksi teror, membuat pasukan Densus 88 selalu sibuk membasmi mereka.

Densus 88 adalah satuan khusus Kepolisian Negara Republik Indonesia. Densus 88 ini, memang dilatih khusus untuk menangani segala ancaman teror, termasuk teror bom. Beberapa anggota di dalam pasukan khusus ini, merupakan juga anggota tim Gegana.

Densus 88 berpusat di Markas Besar (Mabes) Polri. Terdapat kurang lebih 400 personel, yang terdiri dari ahli investigasi, ahli bahan peledak (penjinak bom), dan unit pemukul yang di dalamnya terdapat ahli penembak jitu.

Densus 88 dibentuk pertama kali oleh Gories Mere, yaitu jenderal asal Flores yang kemudian diresmikan oleh Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Firman Gani, pada 26 Agustus 2004.

Angka 88 sendiri berasal dari kata ATA (Anti-Terrorism Act), yang jika dilafalkan dalam bahasa Inggris berbunyi Ei Ti Ekt, dan terdengar seperti Eighty Eight (88). Sehingga, lahirlah nama Densus 88.

2. Detasemen Khusus 81 Kopassus (TNI AD)

Pasukan elite Kopassus. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

Selain Densus 88 Antiteror, kamu juga kemungkinan besar tahu tentang prajurit dari TNI AD yang satu ini. Mereka disebut sebagai Sat-81 atau yang dulu dikenal dengan Den-81 Gultor (Penanggulangan Teror).

Sat-81 adalah satuan di Kopassuss yang merupakan prajurit terbaik dari seluruh Prajurit TNI. Prajurit ini bermarkas di Cijantung, Jakarta Timur.

Terkait berapa jumlah personel maupun senjata yang dimiliki Sat-81 ini, semua dirahasiakan. Istilah Gultor kini mulai dihilangkan, mengingat kualifikasi yang dimiliki prajurit ini lebih dari penanggulangan teror.

Sat-81 pertama kali didirikan karena peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok pada 31 Maret 1981. Operasi ini di bawah komando Benny Moerdani. Sehingga, setelah maraknya tindakan pembajakan pesawat, lahirlah kesatuan baru di lingkungan Kopassadha ini.

Pada 30 Juni 1982, diresmikanlah Sat-81 dengan komandan pertama yaitu Mayor Inf Luhut Binsar Panjaitan--sekarang menjabat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Dan wakilnya adalah Kapten Inf Prabowo Subianto, yang kini menjabat Menteri Pertahanan. Hingga kini, Sag-81 pun menjadi ujung tombak pertahanan dan keamanan Republik Indonesia.

Namun, prajurit khusus ini jarang diketahui setiap kegiatannya. Karena sesuai misi mereka, "tidak diketahui, tidak terdengar, dan tidak terlihat".

3. Detasemen Jalamangkara (TNI AL)

(Ilustrasi sejumlah anggota TNI AL bersiap berangkat menuju ke Lebanon) ANTARA FOTO/Didik Suhartono

Detasemen Jalamangkara atau disingat Denjaka, merupakan satuan gabungan penanggulangan teror aspek laut TNI Angkatan Laut (TNI AL). Mungkin di antara kamu banyak yang tidak mengatahui tentang satuan gabungan ini.

Denjaka adalah satuan gabungan dari Komandan Pasukan Katak (Kopaska) dan Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) Korps Marinir TNI AL.

Denjaka berpusat dan dilatih di Bumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan. Tugas Denjaka meliputi operasi anti-teror, anti-sabotase, dan operasi klandestin yang beraspek laut maupun operasi-operasi khusus lainnya.

Denjaka mulai aktif pada 13 November 1984. Sama seperti Sat-81, jumlah personel Denjaka juga dirahasiakan. Pada 4 November 1984, KSAL membentuk organisasi tugas bernama Pasukan Khusus AL (Pasusla). Terbentuknya Pasusla karena desakan ancaman aspek di laut.

Akhirnya, pada tahap pertama, direkrutlah 70 personel dari Yontaifibi dan Kopaska. Melihat perkembangan satuan khusus ini, KSAL memutuskan menyurati Panglima TNI, yang isinya ingin membentuk satuan gabungan Denjaka. Sehingga diputuskan pada 13 November 1984, Denjaka menjadi satuan Antiteror Aspek Laut.

Prajurit Denjaka juga dintuntut memiliki kesiapan operasional mobilitas kecepatan dan kerahasiaan. Selain itu, harus juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut, dan vertikal dari udara.

4. Satuan Bravo 90 (TNI AU)

ANTARA FOTO/HO-Letkol Pnb Agus Dwi Aryanto

Selain TNI AD dan AL. TNI AU juga memiliki satuan khusus untuk menanggulangi aksi teror. Bedanya, aksi teror yang dihadapi mereka adalah melalui udara.

Satuan khusus ini dikenal dengan sebutan Satbravo-90, atau yang sebelumnya disebut dengan Denbravo 90. Satbravo 90 adalah satuan pelaksana operasi khusus Korps Pasukan Khas (Kopaskhas) yang berada di bawah Korpaskhas.

Satbravo 90 bertugas melaksanakan operasi intelijen. Tidak hanya itu, mereka juga bertugas melumpuhkan alutsista atau instalasi musuh dalam mendukung operasi udara. Dan juga penindakan teror bajak udara.

Satbravo 90 memiliki motto Catya Wihikan Awacyama Kapala yang artinya setia, terampil, berhasil. Satbravo 90 muncul pada era kepemimpinan Komandan Puspaskhas 1990 Marsma TNI Maman Suparman. Setelah itu, pasukan elite ini dikukuhkan pada 16 September 199 oleh KSAU Marsekal TNI Hanafie Asnan.

Layaknya prajurit berkualifikasi tinggi, personel Satbravo 90 harus dilengkapi dengan beragam kualifikasi. Mulai dari combat free fall, scuba diving, pendaki serbu, teknik terjun High Altitude Low Opening (HALO) atau High Altitude High Opening (HAHO), selam, dan tembak kelas 1.

Satbravo 90 juga dilatih menembak dengan menggunakan peluru tajam tiga kali lipat lebih banyak dari pasukan reguler lainnya. Pelatihan tersebut dilakukan agar mereka bisa melatih kecepatan dan ketepatan untuk bertindak dalam waktu sepersekian detik.

Baca Juga: Kisah Bung Hatta dengan 16 Koper Bukunya yang Menemani di Pengasingan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya