TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Formula E dan Upaya Legacy Anies Baswedan Sebelum Akhiri Jabatan

Kenapa Formula E begitu penting bagi Anies Baswedan?

Dokumentasi - Anies Baswedan saat bernegosiasi mengenai Formula E di New York pada 2019. (facebook.com/Anies Baswedan)

Jakarta, IDN Times - Teriknya matahari yang menyengat kawasan Ancol, Jakarta Utara, tak menyurutkan para pekerja untuk mengaspal calon sirkuit Formula E. Setidaknya, ada 400 orang pekerja yang berkerja pagi, siang hingga malam demi membangun sirkuit dengan panjang lintasan 2,4 kilometer itu. 

Sirkuit Formula E mulai dibangun pada 3 Februari 2022 lalu. Sedianya, pengerjaan sirkuit ‘kuda lumping’ itu hanya memakan waktu 54 hari  kerja. Namun, hingga Jumat (25/3/2022), progresnya masih 87,91 persen. Kabar ini dikonfirmasi oleh salah satu Komite Pelaksana Formula E Jakarta, Irawan Sucahyono.

“Kemarin ditinjau FIA ada sedikit perubahan harus segini segitu target ditentukan FIA, kita ada sedikit kemunduran awal April karena FIA yang (menentukan),” terang Irawan, ditemui IDN Times di lokasi, Jumat (25/3/2022).

Formula E yang akan digelar pada 4 Juni 2022 tak lepas dari beragam kontroversi. Jika dilihat memakai kacamata politik, tentu saja pembangunan proyek dinilai terburu-buru, sarat muatan politis sehingga banyak yang menyebutnya sebagai proyek 'Roro Jonggrang'.

Lantas, apa yang membuat Gubernur DKI Anies Baswedan begitu 'ngotot' menggelar ajang Formula E di Jakarta meski begitu banyak memunculkan kontroversi?

Baca Juga: Fraksi PDIP: Formula E hanya Proyek Gengsi Anies Baswedan

1. Formula E kerap dikaitkan dengan Anies Baswedan sebagai capres 2024

Foto udara suasana pembangunan Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC) di kawasan Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Minggu (6/3/2022). Progres pembangunan JIEC hingga saat ini telah mencapai 52 persen (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Jika dilihat dari pendekatan politik, Formula E kerap dikaitkan dengan posisi Anies yang tengah mencuri perhatian publik. Anies terus digadang-gadang sebagai calon presiden dalam perhelatan Pemilu yang sedianya digelar pada 14 Februari 2024 mendatang.

Dari survei yang dirilis beberapa lembaga, nama Anies tak pernah absen dari bursa calon presiden, bahkan elektabilitasnya kerap menempati posisi tertinggi. 

Terbaru, Pengamat Indonesia Politic Opinion, Dedi Kurnia menyebut bahwa Anies Baswedan sudah bukan lagi dipersepsikan sebagai tokoh daerah oleh masyarakat, melainkan tokoh nasional. Hal ini membuat Anies dinilai tak lagi relevan jika dipasang menjadi calon kepala daerah.

“(Ketokohan) Anies sudah tidak lagi di wilayah lokal. Artinya di 2024 Anies sudah tidak lagi relevan kalau dia mengikuti pilkada. Karena ruang gerak politiknya dia sudah skala nasional,” terang Analis Politik dari Indonesia Politic Opinion (IPO), Dedi Kurnia, kepada wartawan, Kamis (24/3/2022).

2. Anies punya daya tarik karena kerap bersentuhan dengan masalah kekinian

Dokumentasi - Anies Baswedan saat bernegosiasi mengenai Formula E di New York pada 2019. (facebook.com/Anies Baswedan)

Posisi yang didapatkan Anies ini, juga tidak lepas dari kondisi Jakarta yang menjadi perhatian nasional. Sekaligus menempatkan Anies sebagai figur capres kontekstual. 

Artinya, Anies punya daya tarik karena kerap bersentuhan dengan masalah kekinian. Selain itu, rekam jejaknya pun kerap menghiasi kolom berita di media arus utama.

The Urban Politics of Mega Events yang ditulis oleh John Lauermann (2019), menyebut, dalam politik, seseorang yang sedang memegang jabatan, menjadikan mega events atau acara besar seperti Formula E untuk memberikan keuntungan legacy dan leveraging.

3. Formula E sebagai upaya legacy dari Anies Baswedan

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memegang mobil balap Formula E. (instagram.com/aniesbaswedan)

Legacy bukan hanya berupa acara besar seperti Formula E, melainkan juga proyek mercusuar Jakarta International Stadium (JIS) yang narasinya selalu diulang-ulang oleh Anies Baswedan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi dan investasi juga jadi cara lain dalam membangun legacy.

Sedangkan leveraging, adalah acara besar yang tak ada hubungannya dengan olahraga. 

Sebelum Anies Baswedan, penggunaan legacy dan leveraging dalam agenda politik juga lebih dulu dilakukan oleh Presiden Joko 'Jokowi' Widodo ketika pada 2018 menggunakan kuasa jabatannya sebagai petahana untuk menggelar Asian Games 2018. 

Baca Juga: Gubernur Anies Bisa Diperiksa KPK Terkait Anggaran Formula E

4. Penyelenggaraan Formula E diseret ke KPK, Anies didesak untuk diperiksa

Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi (kiri) berjalan saat akan menjalani pemeriksaan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Selasa (21/9/2021) (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Kini, progres Formula E sudah mencapai 87,91 persen. Seluruh persiapan diperkirakan rampung pada 1 Mei 2022. Pengerjaan yang sedang dikebut itu berbanding lurus dengan kritik dan hujatan yang mengalir deras terutama dari partai oposisi.

Terbaru, penyelenggaraan Formula E ini diseret ke lembaga antirasuah atau KPK untuk diselidiki. Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi yang mengartikulasikannya. Dia meminta agar Anies juga ikut dimintai keterangan. 

Politikus PDIP itu memang beberapa kali mendatangi KPK untuk memberi keterangan terkait proses pengadaan anggaran penyelenggaraan Formula E. Satu hal yang dijadikan titik penting dalam dugaan kasus korupsi ini adalah praktik ijon dalam pengesahan anggaran.

“Saya mengimbau KPK untuk transparan dan akuntabel untuk pemeriksaan Formula E ini,” terang Pras, kepada wartawan saat ditanya soal pentingnya posisi Anies dalam dugaan kasus ini, di Gedung KPK, Selasa (22/3/2022).

Baca Juga: Jabatan Segera Berakhir, Lihat Janji Kampanye Anies dan Realisasinya

Formula E dan Upaya Legacy Anies Baswedan Sebelum Akhiri Jabatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya