30 Hari Membuat Peta Pasca Bencana Gempa Palu
Menyisir langit, menembus lapisan tanah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palu, IDN Times - Gelda Amalia Marwan (22 tahun) mencermati mesin pesawat Cessna Baby Caravan 208 yang parkir di landasan Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie, Palu. Pagi hari, Rabu, 28 November 2018, sekitar Pukul 8.30 Wita, Gelda bersiap menjadi kopilot pesawat yang tengah menjalankan misi khusus: pemetaan wilayah pasca bencana di kawasan Sulawesi Tengah.
Pilot Sammy (26 tahun) mengajak tim pelaksana survei udara dari PT ASI Pudjiastuti Geosurvey dan saya untuk naik ke pesawat yang sudah dimodifikasi agar bisa menyediakan ruangan untuk kamera dan monitor bagi LiDAR (Light Detection and Ranging) yang digunakan untuk pemetaan udara ini.
Pemetaan LiDAR atau teknologi peraba jarak jauh ini adalah tindak lanjut dari program yang diperintahkan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla pasca bencana gempa, tsunami dan likuifaksi yang terjadi di Palu, Sigi, Donggala dan Parigi, pada 28 September 2018.
Wapres JK meminta dilakukan pemetaan wilayah terdampak bencana saat berkunjung ke Palu bersama dengan Sekretaris Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonius Guterres dan CEO Bank Dunia Kristalina Georgieva (13/10).
Wapres mengajak kedua bos lembaga multilateral itu berkunjung ke alaroa, komplek perumahan yang hancur dan lenyap karena gempa dan likuefaksi. Dari kunjungan itu diputuskan rencana komprehensif dan pemetaan pasca bencana.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) diminta menjalankan misi gerak cepat ini. Bappenas menugasi Badan Informasi dan Geospasial (BIG) menjalankan program pemetaan. BIG memulai dengan menerbangkan pesawat nirawak untuk menyusun peta dasar wilayah Sulteng.
Peta dasar itu akan menjadi rujukan untuk menentukan wilayah relokasi hunian masyarakat, perbaikan sistem drainase, dan penataan ruang lainnya. Bappenas minta akhir Januari 2019 harus selesai.
"Tim kami ditugasi mengakuisisi data peta untuk wilayah Palu dan Donggala," kata Novi Trihastuti, manajer pengembangan bisnis PT AP Geosurvey.
Pekerjaan ini dilakukan selama satu bulan sejak 15 November. Hasilnya ditunggu pada tanggal 15 Desember 2018.
Maunya Wapres JK, lebih cepat lebih baik.
Setiap hari tim menerbangi langit Palu dan Donggala sekitar 5-6 jam jika kondisi cuaca baik dan langit cerah. "Pernah cuaca mendung. Kami cuma bisa terbang 1 jam, " kata Arya dari tim insinyur APG.
Jika dapat terbang 6 jam, sekitar 5.000 hektare (ha) bisa ditelusuri dan dibuatkan petanya. Target program adalah sekitar 220 ribu ha yang dikerjakan tiga perusahaan.
"Untuk yang 20 ribu hektare prioritas dengan skala 1:1000. Ini di kawasan pemukiman padat. Dibutuhkan misalnya untuk relokasi, penentuan batas tanah," kata Novi.
Jika tidak ada peta, dipastikan masalah sosial yang krusial mengintip: klaim kepemilikan tanah.
Bagaimana proses kerja besar pemetaan peta pasca bencana di Palu ini dilakukan? Yuk simak pengalaman saya terbang bareng tim.
Baca Juga: Ngeri! Sebelum Ditelan Bumi, Rumah di Bala Roa Sempat Berputar-putar
1. Pukul 08.00 WIB, pesawat survei sudah siap diterbangkan dari bandara Mutiara SIS Al-Jufrie
Baca Juga: Palu Termasuk Daerah Rawan Bencana, Kenapa Tak Ada Pencegahan Gempa?