TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Wisata Umrah yang Nyaman untuk Gen Z dan Millennials

Ibadah bisa dilakukan dengan menyenangkan

Ka'bah, kiblat bagi umat muslim sedunia. (IDN Times/Uni Lubis)

Madinah, IDN Times – Liburan akhir tahun 2018 telah usai. Sebagian dari keluarga Muslim Indonesia memanfaatkan momen liburan akhir tahun tersebut dengan menunaikan ibadah umrah. Waktu liburan yang cukup panjang, memungkinkan bagi proses umrah yang minimal memerlukan waktu 10 hari, termasuk perjalanan pulang pergi ke tanah suci dari tanah air.  Lagipula, momen akhir tahun pas untuk refleksi sebelum memulai hari-hari di tahun baru. Pula membangun ikatan kedekatan di antara anggota keluarga.

Mengajak generasi Z, yang lahir sesudah tahun 1990-an, untuk liburan sambil umrah memerlukan beberapa kondisi, agar liburan bernuansa ibadah tetap menyenangkan. Berikut catatan penulis yang akhir tahun ini melaksanakan umrah bersama keluarga, termasuk remaja dan gen Z. Penulis juga sempat berdiskusi dengan generasi millennials di sela-sela umrah.

1. Membangun kesiapan dimulai dari rumah, sebelum memutuskan liburan umrah

IDN Times/Uni Lubis
Sebagaimana liburan ke tempat lain, keputusan melakukan liburan ibadah umrah pun perlu disiapkan dan diputuskan bersama jauh-jauh hari sebelumnya. Pengalaman dengan putra penulis dan perbincangan dengan gen Z di kelompok biro perjalanan, kebanyakan mereka sebenarnya lebih suka melewatkan liburan panjang dengan istirahat di rumah.  
“Di sekolah sepanjang hari hampir lima bulan bikin capek. Inginnya leyeh-leyeh sambil mendengarkan lagu dan browsing,” ujar Darrel, 14,5 tahun, setiap kali diajak liburan. Gen Z dan millennials memang suka bepergian mengunjungi tempat-tempat menarik. Dan FUN. Bisa menambah koleksi foto dan video untuk akun media sosial mereka (ini berlaku juga untuk generasi X dan Y sih!). Tapi membayangkan perjalanan jauh apalagi dengan penerbangan kelas ekonomi, potensi cuaca buruk dan penundaan penerbangan membuat keder dan malas.
Minat untuk liburan akhir tahun ‘anti mainstream’ dengan beribadah bisa dibangun dengan mengajak diskusi mengenai sejarah tempat yang akan dikunjungi, arti penting dalam kehidupan sehari-hari, sampai kecanggihan bangunan penting: misalnya Masjidil Haram. Arsitekturnya. Juga cerita tentang tempat lainnya.
Keputusan penulis memberanikan diri mengajak Darrel umrah adalah ketika suatu hari di bulan Oktober 2017, Darrel bertanya tentang informasi yang berseliweran di internet bahwa rumah kelahiran Nabi Muhammad SAW sudah dihancurkan oleh ekspansi pembangunan Masjidil Haram. Kami sepakat untuk pergi umrah sambil menunjukkan Darrel tentang sejarah agama Islam.

Baca juga: Wisata Religi Umrah, Wisata Keluarga Muslim Zaman Now

Sekka, 21 tahun, yang tinggal di Manchester, Inggris, mengatakan pengalaman umrah bersama keluarga jadi menyenangkan karena dia ditemani dua kakak perempuannya. “Saya jarang bertemu kakak, karena mereka tinggal di kota berbeda,” kata Sekka, perempuan yang keluarganya berasal dari Pakistan. Orang tuanya pindah ke Inggris saat anak-anak mereka masih di sekolah dasar. Selama di Mekah dan Madinah, ketiga bersaudara ini tinggal sekamar dan saling berbagi cerita di sela-sela ibadah.

Jadi, hal lain yang bisa menambah nyaman bagi millennials dan Gen Z untuk berwisata ibadah umrah adalah perjalanan bersama saudara, kerabat atau teman seusia. Orang tua bisa janjian untuk liburan umrah bersama. Bagaimana pengalamanmu?
 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya