TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penyebab Kebrutalan Geng Motor, Murni Kriminal atau Kenakalan Remaja?

Banyak anggota geng motor masih di bawah umur

Ilustrasi penangkapan geng motor (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)

Jakarta, IDN Times - Geng motor kembali menjadi momok ketakutan masyarakat. Beberapa peristiwa mengerikan terjadi beberapa pekan belakangan hingga menimbulkan korban jiwa.

Masalah geng motor sebenarnya bukanlah hal baru. Di sejumlah daerah, aksi konvoi sekelompok pemuda bermotor kerap berujung pada aksi tawuran antar kelompok. Bahkan, beberapa kasus di antaranya, ulah geng motor juga menyasar pada individu yang bukan merupakan anggota kelompok tertentu.

Sebut saja peristiwa yang menewaskan remaja DT (15) pada Sabtu (18/5) dini hari. DT tewas ditusuk senjata tajam hingga tewas saat tengah melakukan Sahur On The Road bersama adik dan rekan-rekannya di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan.

Polisi kini tengah memburu pelaku utama pengeroyokan serta penusukan tersebut.

Namun, sebenarnya apa yang melatarbelakangi munculnya geng motor? Hanya sebatas kenakalan remaja kah? Atau murni kriminalitas?

1. Pengaruh kultur komunitas

ANTARA FOTO/Budiyanto

Seperti diketahui, kasus geng motor bukan hanya marak terjadi di ibu kota. Bahkan, pada 2017 lalu, peristiwa penjarahan yang dilakukan oleh kelompok geng motor di Depok, Jawa Barat, turut menjadi sorotan.

Kapolresta Depok Komisaris Besar Polisi Didik Sugiarto turut angkat bicara mengenai adanya anak di bawah umur yang terlibat dalam kasus penjarahan tersebut.

"Kalau dari faktanya bahwa kelompok-kelompok senior ini yang dewasa (dalangnya), anak-anak yang baru-baru ini, sebagian, ini mungkin karena psikologi dan kultur suatu kelompok mampu mempengaruhi mereka (anggota muda)," kata dia.

Kasus penjarahan di toko pakaian oleh Geng Motor Jepang ini dijadikan contoh oleh Didik sebagai tindakan kriminal suatu komunitas yang ditiru anggota mudanya.

"Itu kan bukti kalau psikologi kelompok sangat berpengaruh," kata dia.

Meski demikian, Didik tidak melarang agar kawula muda menciptakan komunitas tertentu untuk berekspresi. "Silakan melakukan hal positif. Kalau melakukan tindak negatif, kita penegak hukum akan tindak tegas," ujarnya.

Baca Juga: Remaja Ditusuk Hingga Tewas Saat SOTR, Polisi Buru Pelaku Utama

2. Sedang mencari jati diri

ANTARA FOTO/Rony Muharrman

Selain pengaruh komunitas, kata Didik, usia muda yang juga mempengaruhi psikologi individu. Hal ini pula yang harus digarisbawahi bagi masyarakat.

"Ketika anak labil dan budaya di suatu kelompok itu seperti apa dan karena daya tangkap mereka kurang, akhirnya mereka ngikut (senior) atau karena pengaruh lingkungannya kuat. Ketika pengaruhnya negatif, nah individu-individu ini juga akan terbangun negatif," tutur dia.

3. Upaya doktrin dari anggota yang lebih senior

ANTARA FOTO/Risky Andriyanto

Sementara, Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAI) Susanto menambahkan terkait masa remaja yang sangat rentan.

"Variatif, ya. Tapi rentang usia SMP kelas dua sampai menjelang SMA kelas tiga menjadi titik-titik rentan (penyimpangan sosial). Memang gak bisa dijustifikasi ya trennya di umur berapa paling banyak melakukan penyimpangan sosial," ungkap dia.

KPAI juga menyoroti betapa pengaruh senior sangat kuat kepada kader-kader di bawahnya.

"Memang dalam sejumlah kasus, berdasarkan hasil kajian kita juga, indoktrinasi senior cukup efektif. Padahal mereka (yang muda) sudah tahu apa yang dilakukan itu tidak baik. Tapi karena mereka tidak mampu memfilter informasi, jadinya mereka terpengaruh dengan doktrin senior," beber Susanto.

4. Kriminalitas adalah dampak dari masalah sosial

IDN Times/Axel Joshua Harianja

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono turut menjelaskan betapa faktor sosial sangat mempengaruhi lahirnya tindak kriminal.

"Kriminalitas adalah residu dari masalah-masalah sosial. Geng motor ini kalau kita cek banyak anak-anak di bawah umur. Jadi perlu ada perhatian terkait pembinaan, mulai dari keluarga yang pertama, kemudian sekolah, dan lingkungan," kata Argo.

Perkembangan teknologi dan informasi yang menyebkan lingkungan sosial semakin luas, menurut Argo, berdampak terhadap masa pertumbuhan anak.

"Kemudian, untuk anak-anak sekarang dengan gizi yang baik, umur 15 tahun sudah seperti dewasa. Dan mereka juga mendapat pendidikan, teknologi, dan informasi. Itu kan menjadikan mereka dewasa," kata dia.

Baca Juga: Curahan Hati Kasmar, Orang Tua Korban Pengeroyokan Geng Motor

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya