TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Maluku Potensi Tsunami, BMKG: Segera Mengungsi saat Rasakan Tanda Ini!

Tsunami nontektonik bisa berlangsung sangat cepat

Ilustrasi tsunami (IDN Times/Mardya Shakti)

Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengimbau masyarakat di sekitar Pantai Japutih dan Pantai Atiahu, Maluku Tengah untuk segera mengungsi jika terasa guncangan.

Dwikorita menjelaskan, gempa susulan bisa memicu longsoran tebing bawah laut sehingga menyebabkan tsunami nontektonik. Tsunami jenis ini terjadi sangat cepat.

“Masyarakat diminta apabila nanti merasa guncangan gempa yang cukup kuat, mohon segera menjauhi pantai atau batas kuning, yaitu batas waspada. Menuju tempat yang lebih tinggi. Tanpa harus menunggu peringatan dini BMKG,” kata Dwikorita saat konferensi pers virtual, Rabu (16/6/2021).

Baca Juga: Waspada! Ada Potensi Tsunami Akibat Longsor Bawah Laut di Pulau Seram

1. Guncangan sekecil apa pun harus segera mengungsi

Ilustrasi Gempa (IDN Times/Arief Rahmat)

Dalam pemaparan lanjutannya Dwikora menjelaskan skala guncangan seperti apa yang mengharuskan penduduk di sekitar pantai mengungsi.

“Siapa pun di pantai abaila merasakan guncangan gempa yang kuat, batasannya gimana kuat? Pokoknya kalau berdiri Anda akan terayung atau mau jatuh, segera cari tempat yang lebih tinggi,” papar mantan rektor Universitas Gadjah Mada (UGM).

Sejauh ini, hingga pukul 14.35 WIB, BMKG telah mencatat 13 kali gempa susulan dengan kekuatan paling besar 3,5 magnitudo.  

Baca Juga: Tsunami Dahsyat Ancam Selatan Jawa, Ini 3 Mitigasi yang Disiapkan

2. Tsunami nontektonik terjadi hanya dua menit setelah guncangan

Ilustrasi info tsunami (IDN Times/Arief Rahmat)

Berdasarkan riwayat gempa dan tsunami di Indonesia timur, terkhusus di wilayah Maluku Tengah, potensi bencana alam yang paling rentan adalah tsunami nontektonik. Bencana jenis ini telah mematakan teori 20-20-20 yang selama ini digunakan sebagai panduan aman selamat dari tsunami.

“Teori 20-20-20 sebelumnya, seteleh 20 detik terasa gucangan, larilah ke tempat yang lebih tinggi 20 meter, karena tsunami akan datang setelah 20 menit. Teori ini sudah runtuh. Karena datangnya tsunami (nontektonik) tidak 20 menit, tapi 2 menit. Seperti yang terjadi di Palu,” terang Dwikorita.  

Baca Juga: 4 Kecamatan di Banyuwangi Masuk Zona Tinggi Rawan Tsunami

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya