TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Santri Zaman Now: Kami Bisa Gaul dan Menguasai Teknologi

Ini tantangan yang dirasakan oleh santri zaman now

IDN Times/Kevin Handoko

Jakarta, IDN Times-  Ada sebuah peribahasa dalam bahasa Arab yang artinya, “setiap pekataan memiliki tempat dan setiap tempat memiliki perkataan,”.

Peribahasa tersebut bermakna kalau setiap zaman atau tempat memiliki nilai unik yang tidak bisa dimiliki oleh zaman juga tempat lainnya

Begitu pula dengan santri, meski sejak dulu mereka diartikan sebagai orang yang hidup dan belajar di pondok pesantren, tantangan yang dirasakan oleh santri zaman now tentunya berbeda dengan santri-santri sebelumnya. Mengingat, santri yang belajar di pondok pesantren modern kini lebih banyak dibanding di pesantren tradisional atau pesantre salaf.

Nah, ingin tahu kan apa saja tantangan yang dirasakan oleh santri zaman now, terkhusus memasuki era milenial atau digital? Yuk cari tahu di bawah ini.

Baca juga: 5 Makna Jihad Menurut Santri, Gak Ada Satupun Diartikan Perang

“Menghadapi zaman sekarang, pasti berat ya. Karena kita ditantang buat lebih kritis dan kalau misalnya santri dikenalnya gak gaul, nah itu bagaimana kita harus nunjukkin kalau santri itu gak selamanya gak gaul. Santri bisa gaul, bahkan gaul sesuai syariat,” tutur Najmi yang merupakan santriwati Pondok Pesantren Darunnajah.

1. Santri zaman now dituntut harus bisa gaul
 

IDN Times/Kevin Handoko

Sebagai santri di era milenial, Najmi Laila Elbasyarah menganggap tantangan terbesar yang dirasakan oleh santri zaman now adalah kemampuan untuk berbaur dengan lingkungan sekitar. Sebab, stigma yang kerap diidentikkan kepada santri adalah mereka pemuda yang kolot nan sulit bergaul.

2. Harapan masyarakat yang amat besar terhadap santri

IDN Times/Kevin Handoko

Iqbal Firdaus, santriwan di Pondok Pesantren Luhur Sabilussalam, memiliki masalah yang tidak jauh berbeda dengan santri pada umumnya. Sebagai insan yang mendalami ilmu agama, tentunya masyarakat memiliki harapan lebih kepada para santri sebagai figur Muslim tauladan.  

“Sejauh ini, tuntutan dari masyarakat itu begitu besar. Tanpa memandang seorang santri basic-nya entah dari pesantren salaf atau modern, masayarakat itu memandang santri adalah orang yang paham segala hal tentang agama. Ketika ditanya permasalahan tentang agama dan kita gak bisa menjawab, maka turun derajat nama santri atau nama pesantrennya. Itu yang paling sulit,” kata Iqbal.

3. Santri zaman now harus menguasai teknologi

IDN Times/Kevin Handoko

Pada umumnya, pesantren melarang setiap santriya untuk menggunakan ponsel karena bisa mengganggu proses belajar-mengajar. Meski begitu, di era digital, santri tetap harus melek teknologi. Sebab, teknologi bisa menjadi instrumen untuk menyebarkan nilai-nilai Islam.

“Santri harus menguasai teknologi. Jadi kalau yang dulunya santri hanya pegangannya kitab kuning, Alquran, maka santri sekarang harus melek teknologi. Jadi bagaimana caranya mengaplikasikan ilmu agama yang dia dapat dengan teknologi,” beber santriwan di Pondok Pesantren Nur Medina Ahmad Dzulkifli Rif’at.

Baca juga: Ini Komentar Para Santri Tentang Benarkah Islam Mengajarkan Radikalisme

 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya