TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Viralnya Tagar Politik Dianggap Cerminan Miskinnya Gagasan

Publik sekadar memilih tokoh, bukan gagasan

IDN Times/Ardiansyah Fajar

Surabaya, IDN Times- Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini, menyayangkan adanya gesekan antara #2019GantiPresiden kontra #2019TetapJokowi. Menurutnya gesekan itu berpotensi untuk memecah belah masyarakat.  

"Secara harfiah memang tidak bisa disebut kampanye. Tapi secara substansi ini adalah aktivitas kampanye untuk tujuan politik elektoral. KPU dan Bawaslu harus mengatur gerakan seperti ini. Agar tidak terjadi benturan, amuk masa karena dimotivasi saling benci, apalagi sampai ada kekerasan, intimidasi, dan kerusuhan antar pendukung," terangnya kepada IDN Times, Senin (27/8).  

Kedua kubu memang terlibat ricuh di Surabaya dan Pekanbaru, Ahad (26/8) kemarin. Bahkan, tokoh #2019GantiPresiden, Ahmad Dhani dan Neno Warisman harus meninggalkan kedua kota tersebut.

 

1. Tagar yang viral menandakan miskinnya gagasan

IDN Times/Ardiansyah Fajar

Titi melihat kegiatan seperti itu lahir karena publik yang miskin akan ide dan gagasan. Alhasil, masyarakat menentukan preferensi politiknya karena figur tokoh bukan program kerja yang dicanangkan.

"Jadi elit politik dan tokoh publik kita lebih sibuk bicara soal orang daripada perbedaan tawaran gagasan yang dibawa masing-masing kelompok. Akhirnya ini yang memicu polarisasi yang dekat dengan rasa benci antar kelompok," sambung dia.

Baca Juga: Apakah Gerakan #2019GantiPresiden Melanggar Hukum? 

2. Pertanda terhadap menurunnya kualitas demokrasi Indonesia

IDN Times/Ardiansyah Fajar

Lebih lanjut, Titi khawatir bila fenomena seperti ini diteruskan akan mengancam kualitas demokrasi Indonesia. Sebab, sentimen yang digunakan dalam berpolitik lebih mengedepankan emosional ketimbang rasional.  

"Antarpendukung tidak dewasa dalam memaknai politik, pokoknya. Pokonya asal jagoan saya, dan pokoknya bukan dia. Kalau sudah begitu kita tidak lagi berpolitik secara kritis dan bermartabat, melainkan dikendalikan oleh emosi dan sentimen yang lebih dilatari tidak suka dan suka pada orang atau calon," dia menjelaskan.  

 

Baca Juga: Bolehkan Polisi Membubarkan Deklarasi #2019GantiPresiden? 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya