Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jombang, IDN Times - Berawal dari gaji kuli bangunan tak cukup memenuhi kebutuhan keluarga, Slamet Hariyanto, memutar otak. Ia berinovasi membuat kerajian agar dapurnya tetap mengepul di masa pandemik COVID-19.
Pria asal Desa Kedawung, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur itu mengubah limbah paralon menjadi barang bernilai.
"Awalnya saya bekerja sebagai kuli bangunan, tapi pendapatan dirasa kurang karena menurun akibat pandemi ini, saya pun beralih ke usaha kerajinan dari limbah paralon," tutur Slamet ditemui sejumlah wartawan di rumahnya, Senin (11/10/2021).
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Pria berusia 42 tahun itu menceritakan, inovasi muncul saat melihat banyak bekas paralon yang dibuang oleh orang-orang. Lantas, Slamet pun mulai berfikir kreatif memanfaatkan paralon tersebut menjadi barang bernilai. Tak lama berselang, dia menemukan ide membuat kerajinan lampu hias atau lampu tidur dari paralon tersebut. Paralon itu diukir sedemikian rupa lalu diberi hiasan kertas serta lampu.
"Saat itu melihat banyak sampah paralon yang dibuang, kemudian saya berfikir membuat kerajinan dari paralon itu. Kalau bahan-bahannya ya cuma paralon bekas, kertas, lampu dan lain sebagainya. Awalnya sih iseng-iseng gitu mas," ujar pria yang memiliki dua orang anak tersebut.
2. Sehari membuat lima lampu hias
Lampu hias dari paralon bekas. IDN Times/Zainul Arifin Dikatakan Slamet, tidak butuh waktu lama untuk menyulap paralon bekas itu menjadi barang unik dan menarik perhatian orang. Baginya, tidak terlalu rumit, hanya saja yang dibutuhkan ketekunan dalam mengukir di paralon. Paralon-paralon bekas itu diukir kartun dan kaligrafi sehingga saat lampu dinyalakan, terlihat berwarna warni sekaligus nampak ukiran-ukiran yang penuh seni tersebut.
"Prosesnya tidak lama, yang membuat lama itu saat mengukir paralonnya saja. Untuk yang lain mudah, kalau sehari sudah bisa membuat lima buah kerajinan sendiri," katanya.
Baca Juga: Perbedaan Lampu Hologen, HID, dan LED
3. Dipasarkan melalui media sosial dengan harga variatif
Lampu hias dari paralon bekas. IDN Times/Zainul Arifin Mulanya, Slamet menawarkan hasil kerajinannya itu kepada sejumlah pemuda di sekitar rumahnya. Lalu, dia posting di akun media sosial hingga banyak diminati orang-orang dari berbagai daerah di Jatim.
"Saya membuat beberapa kerajinan dan dipasarkan melalui sosial media. Dan bersyukur dari situ langsung ada pesanan dari luar daerah Jombang, seperti Gresik, Sidoarjo, dan Surabaya," katanya.
Slamet mengaku, harga setiap bentuk kerajinan bervariatif, menyesuaikan tingkat kesulitan dalam pembuatannya. Secara umum, paling murah harganya Rp85 ribu dan paling mahal Rp350 ribu.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis.
Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.