TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kendalikan Emisi GRK Butuh Sinergitas Antarsektor dan Multistakeholder

Menuju penurunan emisi GRK melalui pendekatan landscape

IDN Times/KLHK

Jakarta, IDN Times – Keberhasilan komitmen Indonesia menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) tidak bisa dilakukan hanya bergantung dari usaha pemerintah semata. Dukungan dan kontribusi masyarakat secara umum serta dunia bisnis akan membantu pencapaian target atas komitmen tersebut.

Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri LHK, Aluo Dohong yang sekaligus membuka workshop bertajuk 'Menuju Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Melalui Pendekatan Landscape', di Jakarta (26/11).

"Untuk mencapai itu tidak bisa dilaksanakan sendiri oleh pemerintah, harus melibatkan pihak lain baik masyarakat maupun sektor bisnis. Saya ingin sektor bisnis itu bisa melakukan tanggung jawab bisnis terhadap lingkungan melalui triple bottom line, yaitu: people, planet, and profit," tegas Aluo Dohong

1. Upaya menurunkan emisi GRK melalui program BioCF-ISFL

IDN Times/KLHK

Penurunan emisi GRK melalui pendekatan landscape, menjadi salah satu kunci yang diharapkan. Secara umum akan mengatur agar semua kegiatan pembangunan yang berbasis lahan dikerjakan dengan prinsip-prinsip rendah emisi. Program penurunan emisi GRK yang berbasis landscape ini pun menekankan pentingnya kolaborasi antarpihak dalam upaya penurunan tersebut.

Program Bio Carbon Fund Initiative for Sustainable Forest Landscape (BioCF-ISFL) yang merupakan inisiatif multilateral yang didukung oleh negara donor dan dikelola oleh World Bank, akan mendukung dan memberikan insentif terhadap penurunan emisi GRK dan meningkatkan sekuestrasi melalui pengelolaan lahan yang lebih baik, termasuk di dalamnya REDD+, climate smart agriculture dan smarter land use planning and policies

Melalui program BioCF ISFL ini, pemerintah mengembangkan berbagai kegiatan pengurangan emisi GRK yang akan fokus pada penguatan kebijakan dan mendukung pengelolaan hutan dan lahan berkelanjutan. Target penurunan emisi GRK yang akan mulai dilaksanakan pada tahun 2020 adalah sebesar 14 juta ton CO2e untuk periode 6 tahun ke depan.

2. Wamen LHK: Awal tahun 2020 saatnya beraksi atasi perubahan iklim

IDN Times/KLHK

Wamen Alue Dohong mengingatkan bahwa pasca tahun 2020 adalah saatnya aksi untuk pengendalian perubahan iklim untuk diimplementasikan. 

"Mulai Januari 2020 adalah implementasi Paris Agreement, istilahnya Time For Action, negosiasi sudah selesai saatnya beraksi mengatasi perubahan iklim," imbuh Wamen Alue Dohong

Wamen Alue pun menekankan jika pemanasan global harus dijaga agar tidak melebihi 1,5 derajat celsius dibanding masa Pra Industri, sesuai kesepakatan masyarakat global pada tahun 2015 di Paris melalui Persetujuan Paris.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya