TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Petani Cianjur Minta Rembug Petani-Peternak Indonesia Dibatalkan

Dikatakan rembug ini tidak ada manfaatnya

unsplash.com

Cianjur, IDN Times - Salah satu champion sekaligus tokoh petani hortikultura di Cianjur, Suhendar mengungkapkan Rembug Petani-Peternak Indonesia pada tanggal 21 Maret 2019 di Jakarta yang digelar Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) dan organisasi lainnya sangatlah provokatif. Karenanya, petani Cianjur khususnya menolak dan meminta aparat pemerintah membatalkan rembug tersebut.

"Kami sebagai petani jangan ganggu kami, jangan bawa-bawa kami, sebab kami sudah enjoy bertani saat ini. Kami berkat bantuan pemerintah melakukan budidaya yang baik dan mendapatkan harga yang layak," demikan diungkapkan Suhendar di Cianjur, Senin (18/3).

1. Rembug ini bersifat provokatif, tendesius, memperalat, dan politisasi petani

Pixabay/DEZALB

Dari leaflet yang beredar, panitia rembug menyebutkan pencitraan data pangan, telah memunggungi akal sehat dan hati nurani. Siasat terlahir untuk menutupinya namun berujung pada kegaduhan publik. Kedaulatan petani dan peternak pun terancam.

"Ini sintesi yang menyesatkan, sangat provokatif, bawa-bawa kami selaku petani. Ini sebenarnya mau nyelamatin siapa? Kami petani baik-baik saja," jelas Suhendar.

Padahal, pria yang didaulat sebagai salah satu champion cabai dan bawang yang cukup berpengaruh di wilayah Jawa Barat ini sangat mengakui program pertanian di era pemerintahan Jokowi-JK mampu mensejahterakan banyak petani, tidak terkecuali petani di Cianjur. 

"Banyak program masuk ke sini mulai dari kawasan cabai, bawang, RIPH, sampai pasca panen. Semua untuk kepentingan petani. Yang saya tau, semua daerah juga kebagian. Proporsional. Kan terbukti harga cabai bawang stabil sampai sekarang, dahulu mana pernah Lebaran harga cabai rendah. Tau-tau tinggi. Petani banyak terbantu dengan adanya program-program pro pertanian. Jadi, petani mana yang tertindas? Siapa yang mau diselamatkan?" tegasnya.

Acara ini justru meresahkan petani, yang saat ini sudah tenang, menikmati hidup bahagia sebagai petani.

2. Rembug tersebut tidak perlu dilanjutkan karena tidak bermanfaat

Pixabay.com/HG-Fotografie

"Rembug-rembug itu nggak usah saja, tidak ada manfaatnya. Sini lihat kegiatan petani langsung, didengarkan, dibantu. Kalau di Jakarta kan nggak ada sawah, percuma ngobrol di sana," ujar Ketua Champion Cabai se-Jawa Barat, Juhara.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya