Kapolda Sebut 504 Ribu Warga Kalbar Terkena ISPA karena Asap Karhutla

Titik hotspot berkurang setelah hujan turun

Jakarta, IDN Times - Kabut asap yang kian pekat mengancam kesehatan masyarakat, terutama anak-anak. Akibat kabut asap, kata Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat Inspektur Jenderal Pol Didi Haryono, 504 ribu warga terutama anak-anak terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

“Dari data kami dapat 504.000 orang terutama anak-anak terdampak ISPA. Tidak hanya itu, hilangnya keragaman hayati serta terganggunya aktivitas ekonomi akibat pembatalan penerbangan baik internasional maupun domestik, di mana terjadi hampir di sebagian pulau besar Indonesia khususnya Sumatera, Jawa, dan Kalimantan,” kata Didi menerangkan dampak kabut asap, seperti dilansir Antara, Sabtu (28/9). 

Menurut Didi, Kalimantan Barat sebagai salah satu provinsi sebagai penyumbang asap terbesar di Indonesia. Ia menjelaskan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sangat berdampak bagi ekonomi Indonesia. Diperkirakan kerugian Indonesia akibat karhutla mencapai Rp220 triliun. 

Baca Juga: Akibat Kabut Asap, Omzet Penjualan Mobil Daihatsu Menurun

1. Titik panas terbanyak di Kabupaten Ketapang

Kapolda Sebut 504 Ribu Warga Kalbar Terkena ISPA karena Asap Karhutlasatelit.bmkg.go.id

Didi mengatakan, berdasarkan pengolahan data Lapan oleh BMKG, hotspot atau titik panas paling banyak terjadi di Kalbar. Sepanjang Agustus 2019 saja terdapat 7.655 titik panas di Kalbar. Dari jumlah itu, paling banyak di Kabupaten Ketapang sejumlah 2.126 titik panas. Sedangkan di Kabupaten Sanggau sejumlah 1.440 titik panas. 

Sementara pada September awal hingga 25 September 2019, titik hotspot di Provinsi Kalbar sebanyak 15.767. Kabupaten Ketapang kembali menjadi penyumbang terbesar dengan 8.652 titik panas.

“Beberapa penekanan Pak Presiden antara lain bahwa kejadian karhutla pada 2015 dan tahun-tahun sebelumnya jangan sampai terulang kembali. Jumlah hotspot harus turun tiap tahunnya, lakukan pencegahan jangan sampai api besar baru bingung dipadamkan,” ujar Didi.

Dia menambahkan, kondisi geografis Kalbar dengan memiliki bentangan 1 1/6 Pulau Jawa dengan luas wilayah 146.807,90 kilometer persegi, meliputi luas daratan 110.000 kilometer persegi atau setara 74,93 persen, terdapat lahan perkebunan dan pertanian, dan juga hamparan lahan gambut yang cukup luas.

"Potensi geografis yang luas ini menjadikan sebuah potensi bagi oknum yang tidak bertanggung jawab untuk membuka lahan dengan cara membakar,” ungkap Dedi.

2. Titik hotspot di Kalimantan berkurang setelah turun hujan

Kapolda Sebut 504 Ribu Warga Kalbar Terkena ISPA karena Asap KarhutlaDN Times/Feny Maulia Agustin

Jumlah titik panas atau hotspot di Kalimantan berhasil menurun, akibat hujan yang mengguyur daerah tersebut. Masyarakat Kalimantan bersyukur atas turunnya hujan yang dapat mengurangi kabut asap yang semakin pekat. 

“Pada 24 September 2019 sampai 25 september 2019, kita bersyukur karena hampir di seluruh wilayah Kalimantan turun hujan, sehingga data menyebutkan hotspot di Kalimantan berkurang secara signifikan menjadi hanya 34 titik panas,” kata Didi.

Sementara itu, menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo, hujan terjadi di dua kota yaitu Kota Bengkayang dan Kota Mempawah, Provinsi Kalbar. Hujan juga terjadi di Kecamatan Jawai Selatan, Kecamatan Pemangkat, Kecamatan Tekarang. 

3. Kalbar rentan mengalami kebakaran pada musim kemarau

Kapolda Sebut 504 Ribu Warga Kalbar Terkena ISPA karena Asap KarhutlaANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Menurut Gubernur Kalbar Sutarmidji, Provinsi Kalbar rentan mengalami kebakaran pada musim kemarau. Alasannya, Kalbar memiliki luas sekitar 110.000 kilometer persegi yang mencakup kawasan hutan serta perkebunan. Hal tersebut membuat Kalbar menjadi rentan mengalami bencana karhutla.

"Memiliki lahan perkebunan dan pertanian, dan Kalbar juga memiliki hamparan lahan gambut yang cukup luas sehingga sangat rawan terbakar apabila memasuki musim kering atau kemarau," kata Sutarmidji.

Dia mengimbau semua pihak untuk bersama-sama menanggulangi karhutla. ”Titik panas dua kali lipat banyaknya dibandingkan tahun 2015. Tapi dampaknya tidak sehebat di tahun 2015. Karena lamanya api berada di satu titik itu juga hitungannya lebih cepat selesai dibandingkan dengan yang di tahun 2015," katanya

4. Sebelumnya, kabut asap tebal menyelimuti kota Pontianak dan sekitarnya

Kapolda Sebut 504 Ribu Warga Kalbar Terkena ISPA karena Asap KarhutlaANTARA/Dedi

Sebelumnya, kabut asap tebal akibat karhutla, kembali menyelimuti kota Pontianak dan sekitarnya di Provinsi Kalbar pada Kamis (26/9). Hal ini diungkap oleh Riko, salah satu warga Kota Pontianak. 

"Hari ini kabut asap kembali tebal, sehingga kalau mau keluar rumah harus menggunakan masker (penutup mulut dan hidung)," kata Riko.

Rico menjelaskan bahwa kabut asap di beberapa wilayah Kalbar termasuk Pontianak sempat berkurang, akibat turunnya hujan. Tetapi kabut asap kembali menyelimuti wilayah Kalbar, meskipun tidak ada karhutla di Kota Pontianak. Hal ini karena kiriman asap  dari daerah lain.

Baca Juga: Dampak Kabut Asap, Nelayan di Langkat Sudah 3 Pekan Tak Melaut

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya