Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Anak Sekolah Jadi Sasaran Empuk Doktrin Paham Radikal, Mengapa?

Ilustrasi anak sekolah. (smpn1lamongan.sch.id/)
Ilustrasi anak sekolah. (smpn1lamongan.sch.id/)

Jakarta, IDN Times - Anak sekolah kerap menjadi sasaran empuk untuk menanamkan doktrin paham radikal. Direktur Eksekutif Ma'arif Institute Abdul Rochim mengatakan, hal itu terjadi lantaran masyarakat kurang peduli, bahkan tidak percaya dengan adanya radikalisme.

"Jadi yang masuk adalah mereka yang merekrut. Pintu masuk ke sekolah-sekolah itu, lewat guru, kepala sekolah, dan alumni. Alumni punya peran besar karena dia bisa intervensi ke OSIS. Ketahanan sekolah itu sangat rendah terhadap masuk nya paham radikal," kata Abdul dalam acara Mata Najwa di Trans7, Rabu (14/11) malam.

1. Pemahaman negara Pancasila perlu ditambahkan dalam buku pelajaran

(Ilustrasi) unsplash.com
(Ilustrasi) unsplash.com

Sementara, Ketua PBNU Marsudi Syuhud mengatakan, pemerintah atau menteri agama harus menambahkan pemahaman terhadap negara Pancasila. Hal itu bisa dicantumkan dalam buku agama tingkat SMP hingga SMA.

"Itu harus nya. Bukan dengan melarang cadar," ujar dia.

Menurut Marsudi, obatnya adalah pemahaman. Peristiwa bom bunuh diri di Polrestabes Medan mengindikasikan orang yang beranggapan negara ini bukan Islami.

"Yang dibom kan simbol negara, artinya ini adalah orang yang punya paham bahwa negara masih dianggap negara, bukan Islami yang masih thogut,” kata dia.

2. Paham radikal yang perlu diberantas, bukan melarang penggunaan cadar

Ilustrasi gerakan melawan radikalisme (IDN Times/Sukma Shakti)
Ilustrasi gerakan melawan radikalisme (IDN Times/Sukma Shakti)

Marsudi mengatakan, terorisme yang terus ada dan terjadi menunjukkan orang yang berpaham radikal itu ada. Untuk memberantas itu diperlukan pemahaman.

"Radikalisme itu penyakitnya, jangan hanya diobati melarang cadar, karena itu sama dengan penyakit panas diobati dengan es," kata dia.

3. Paham radikal muncul berbentuk simbol agama

Ilustrasi ISIS (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi ISIS (IDN Times/Arief Rahmat)

Anggota Komisi VIII DPR Fraksi PAN Ali Taher berpendapat, radikalisme muncul dalam bentuk penyalahgunaan simbol agama. Akar persoalan teologis itulah yang harus dikedepankan.

"Ada persoalan kesenjangan sosial, ketidakadilan, perlakukan yang tidak pas untuk masyarakat tertentu. Faktor latar belakang pendidikan juga berpengaruh, bangsa ini agak terluka, pesta demokrasi belum tuntas menyelesaikan persoalan," kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us