Tenaga medis yang mengenakan baju hazmat bersiap untuk melapor kepada petugas saat mengantar pasien di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (14/6/2021) (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)
Epidemiolog serta Peneliti asal Griffith University, Australia, Dicky Budiman, mengatakan pihaknya sudah mewanti-wanti pemerintah agar meningkatkan kewaspadaan di tengah lonjakan kasus COVID-19 varian JN1 di Indonesia.
Dicky memprediksi munculnya JN1 bisa menimbulkan gelombang kasus COVID-19, mengingat varian JN1 sebagai variant of interest (VOI).
"Jadi sebelum JN1 ditemukan, saya sudah ingatkan agar meningkatkan kewaspadaan, karena JN1 ini dalam dugaan sebelumnya, diskusi beberapa waktu di Eropa, para ahli sepakat bahwa JN1 ini memiliki potensi, berkontribusi terhadap peningkatan kasus infeksi maupun reinfeksi," ujarnya saat dikonfirmasi IDN Times, Selasa, 26 Desember 2023.
Dicky mengatakan JN1 mempunyai kemampuan penularan lebih cepat dibanding leluhurnya, Omicron, sehingga bisa menimbulkan gelombang kasus baru.
"Endemik status jika terjadi angka reproduksi di bawah satu, kalau JN1 di atas satu, jadi wajar (naik) apalagi di mobilitas tinggi dalam Nataru, dalam konteks yang tertutup ventilasi buruk, ditambah prokes buruk," paparnya.
Selain itu, lanjut Dicky, deteksi surveilans Indonesia masih lemah, dan banyak orang yang sakit tanpa ke rumah sakit hanya berobat mandiri.
"Mau tidak mau akan memicu angka keparahan atau kematian timbul, ini seperti angka gunung es, apalagi deteksi lemah, pelaporan lemah, registrasi kematian tidak cukup baik, sehingga banyak lolos penyebab-penyebab kematian di masyarakat," imbuhnya.