Anies Baswedan dan Rano Karno berfoto bareng di DPP PDIP. (dok. IDN Times/Istimewa)
Anies sempat berpeluang diusung PDIP, apalagi setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengubah ambang batas parlemen untuk mengusung calon gubernur dan wakil gubernur dalam pilkada. Anies dan sejumlah pentolan PDIP pun sempat beberapa kali bertemu.
Sejumlah elite PDIP sempat membocorkan bahwa Anies akan dimajukan dengan kader PDIP di Pilkada DKI Jakarta. Foto Anies berbatik merah dengan Rano Karno pun sempat beredar ketika Megawati Soekarnoputri mengumumkan calon kepala daerah yang didukung PDIP.
Pada akhirnya, Anies tak dideklarasikan. Besoknya, Pramono Anung yang ditunjuk Megawati untuk bersama Rano Karno mendaftar Pilkada DKI Jakarta.
Ketua DPP PDIP, Deddy Sitorus, mengungkapkan, Anies batal didukung karena dikhawatirkan akan ada kutub berbeda dari pendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok jika mengusung Anies sehingga menimbulkan polarisasi.
Deddy mengatakan, PDIP awalnya mencoba potensi mengelaborasi Ahok dan Anies untuk melihat beberapa hal yang bisa menjawab kebutuhan-kebutuhan psikologi politik, termasuk juga psikologi sosial, serta persoalan elektoral di Jakarta.
PDIP juga memahami Anies sudah pernah menjadi satu bagian dari sejarah dalam Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu yang akhirnya menimbulkan polarisasi dan ingin melakukan upaya penyelesaian persoalan polarisasi masyarakat Jakarta.
"Oleh karena itu, kita mencoba melakukan pendalaman dengan Pak Ahok sampai hari Senin kemarin (26 Agustus 2024). Pendalaman untuk melihat bagaimana Pak Anies itu bisa mem-bridging antara kelompok, katakanlah 'kelompok Islam,' dengan kelompok-kelompok lain, termasuk kaum nasionalis dan itu kami lakukan terus sampai Senin kemarin," ucapnya.