IDN Times/Panji Galih Aksoro
Dalam sesi tanya jawab, ada seorang audience yang menanyakan bagaimana cara Alissa bisa memenuhi kebutuhan ekonomi di tengah kesibukannya di bidang kemanusiaan. Menurut Alissa, fokus dan passion kuncinya. Alissa mengatakan, pada tahun 1999, ia menilai dirinya bukan tipe pekerja di kantor. Begitu pula sang suami.
"Kami dari tahun 90, kerjanya kerja lapangan terus. Kerja lapangan di pemberdayaan masyarakat. Jadi kayaknya nggak bakalan bisa nih dapet uang dari pekerjaan. Lalu terus harus bagaimana? Kami dari awal belajar untuk berinvestasi dan menyusun rencana keuangan dengan baik," ungkap Alissa.
Alissa dan sang suami belajar mengenai reksadana. Dia mempelajari dari buku Cashflow Quadrant karya Robert Kiyosaki. Alissa bahkan pernah menjalani beberapa pekerjaan sekaligus. Seperti karyawan hingga pebisnis.
"Kami terus membangun aset kami secara personal. Nah sekarang kami hidup dari aset itu. Sehingga, waktunya memang bisa ditasharrufkan 100 persen untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak menghasilkan income. Sehingga tidak mencari uang dari pekerjaan-pekerjaan yang kemanusiaan ini tadi. Itu resep saya," kata Alissa.
"Jadi intinya sih banyak pilihan. Yang jelas begini. You don't have to be big to start. You have to start to be big. Harus mulai, baru nanti bisa membesar. Nah, resepnya gimana caranya itu baca buku The Speed of Trust dari Stephen Covey Jr. Nanti di situ kamu akan bisa belajar bagaimana mengakselerasi apa pun pilihan yang kamu ambil," kata Alissa lagi.
Lebih lanjut, Alissa kembali menegaskan, jika ingin menekuni bidang philanthropy harus memiliki passion dan fokus. "Sebetulnya intinya sih satu, mau belajar. Jadi belajarlah seumur hidup pasti nanti ketemu caranya," ucap Alissa.