Dengan banyaknya platform menulis, tentu saja kesempatan untuk menunjukkan skill dalam bercerita bisa terlihat. Tetapi apakah semua yang ada di platform tidak bisa dinilai kualitasnya?
Adhitya Mulya, penulis buku yang juga seorang penulis skrip film ini menceritakan tujuan awalnya menerbitkan buku. Dirinya menjelaskan pada awalnya, Ia memang berniat ingin menulis buku.
Tulisan pertamanya, Jomblo, sudah ditolak oleh dua penerbit sampai akhirnya iabertemu dengan Moammar Emka yang saat itu populer dengan Jakarta Undercover-nya. Saat itu, Emka berbaik hati memberitahu apa saja yang perlu dirombak. Setelah merombak itu, Emka akhirnya "meminang" karya Adhit sebagai karya pertama terbitan Gagas Media. Selain itu dirinya juga menulis di blog agar melihat respon pembaca terhadap postingannya.
“Jadi enggak kayak durian jatuh. Everything takes practice. Saya juga menulis di blog lalu saya lihat banyak yang bilang, 'Wah Masnya bisa nulis lucu ya'. Di situ saya berpikir saya bisa enggak ya bikin buku isinya lucu. Saya kan punya skill menulis tapi saya pengin bergabung di industri film jadilah menulis buku semacam batu loncatan hingga bergabung dalam industri film,” jelas Adhit kepada Rappler di kediaman pribadinya beberapa waktu lalu.
Soal banyaknya buku yang dihasilkan dari platform menulis, Adhit merasa tidak masalah dengan adanya hal tersebut. Hal ini dikarenakan memang sejak dulu mencari naskah tidak hanya dimulai dari mencari di Wattpad atau platform sejenis saja. Sebelumnya ada blog, ada sosial media seperti Twitter, dan masih banyak lagi.
“Tidak ada yang salah dengan itu. Sepuluh tahun lalu, editor-editor itu pada hunting di blog. Bahkan ada penerbit yang meng-hire editornya hanya untuk mencari blog-blog mana yang bisa dijadikan buku. Jadi memang tidak ada yang salah hanya perkembangannya memang sudah berbeda. Di zaman saya, itu blog. Zaman Lupus mungkin hunting di cerita surat kabar. Jadi ya beda zaman, beda media. Ibaratnya setiap nelayan punya metode sendiri,” kata Adhit.
Penulis yang memilih Malcolm Gladwell sebagai penulis favoritnya ini memberi pesan bagi penulis yang ingin ceritanya diterbitkan. Kuncinya adalah selalu melakukan test market dan jangan menyerah. Test market maksudnya adalah melihat respon dari siapapun yang membaca.
“Raditya Dika sebelum bukunya jadi best seller udah punya blog yang dibaca lebih dari 700 ribu kali. Itu artinya, he tested the market. Semua orang sukses yang kita lihat di tv, di buku, they don’t come from nothing, mereka melatih diri mereka. Jangan menulis satu cerita terus pas dikasih penerbit lalu ditolak langsung ciut karena merasa itu masterpiece kamu,” pesan Adhit menutup pembicaaan.