Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Foto dari Shuttestock
Foto dari Shuttestock

Oleh Tarida Angelina

JAKARTA, Indonesia — Beberapa waktu lalu, Indonesia disebut berada urutan ke-60 dari 61 negara di dunia dengan minat baca yang rendah. Tetapi jika kita melihat ke toko buku, setiap minggunya selalu ada buku rilisan baru baik itu novel, buku cerita, sampai buku bergambar (art book). Bersamaan juga dengan terbitnya penulis-penulis muda dengan nama yang masih terdengar asing di telinga kita.

Penulis-penulis ini lahir dari sebuah platform menulis di internet. Beberapa buku bahkan masuk ke tahap yang akan difilmkan. Semua keuntungan bisa didapatkan dari menulis cerita di internet. Tetapi bagaimana sebenarnya cara agar cerita kita bisa dilihat oleh penerbit? Apakah menulis di platform berbasis internet sesuatu yang baik atau menurunkan kualitas buku itu sendiri?

Jika dulu melihat menulis buku adalah sesuatu yang eksklusif dan sulit, sekarang tidak lagi. Platform menulis di internet seperti Wattpad, misalnya, kini telah memberi jalan bagi para penulis yang kesulitan dalam mengekspresikan dirinya. Lalu bagaimana penerbit memilih cerita yang layak diterbitkan?

Proses penerbitan dulu dan sekarang

Seperti yang kita ketahui, sebelum teknologi berkembang sebesar saat ini, mengirimkan naskah cerita ke penerbit masih sulit. Cara tradisional ini pun membutuhkan waktu dan tingkat kesabaran tinggi. Claudia Von Nasution sebagai Editor Akuisisi Gramedia Pustaka Utama (GPU) menjelaskan pada awalnya GPU hanya menerima naskah lewat pos atau yang menyerahkan langsung ke kantor GPU. Tetapi GPU mulai mengikuti perkembangan yang ada selain mengirimkan naskah cerita, GPU juga mencari naskah cerita dari platform menulis.

Default Image IDN

Claudia menjelaskan peran platform menulis saat ini sangat menarik karena selain menemukan penulis-penulis muda berbakat yang mempunyai kesempatan untuk memperlihatkan portfolio, akses menjadi mudah bagi penerbit untuk menemukan cerita. Tetapi di balik mudahnya mengakses cerita tersebut, terkadang ada hal-hal yang disalahgunakan.

“Misal satu orang nulis cerita tentang ini, lalu semua orang ikut nulis tentang ini. Hanya beda karakter tapi mostly sih ceritanya hubungan lelaki tampan atau CEO aja. Nah, ini kan jadi salah ya. Tapi memang itu tugas saya sebagai editor untuk menyeleksi mana cerita yang layak dicetak,” terang Claudia.

Karena semua orang memiliki kesempatan menerbitkan buku dengan adanya platform menulis saat ini, Claudia menjelaskan dengan platform tersebut, mencari cerita bagus tentu mudah tetapi harus sesuai dengan karakteristik GPU. GPU memiliki caranya sendiri dalam menyeleksi cerita di platform yang akan masuk ke dalam proses penerbitan.

Pertama, ada cerita yang solid. Semua bisa terlihat dari bab pertama cerita, apakah ceritanya mengalir dengan baik atau tidak. Soal apakah nantinya pembaca sampai jutaan dan kisah tersebut jadi favorit, itu hanyalah bonus. Bila membandingkan zaman dahulu dengan sekarang, akses teknologi yang lebih pesat membuat proses jadi lebih mudah dalam mencari cerita yang bagus.

Kehadiran beragam platform menulis

Kini, menyalurkan bakat menulis tidak perlu takut atau merasa susah. Sudah banyak platform menulis yang membuka kesempatan besar bagi banyak orang untuk menulis, tidak jarang penerbit juga melirik karya-karya yang ada di platform menulis ini.

Berikut adalah beberapa platform menulis yang sudah dikenal kiprahnya di dunia penerbitan dan karya tulis.

1. Underlined

Default Image IDN

Underlined yang baru berganti nama dari Figment ini dibawahi oleh Penguin Random House, sebuah penerbit buku di Amerika Serikat. Sebelum berganti nama menjadi Underlined, Figment sudah merilis berbagai cerita. Karya pertamanya adalah Dream School yang ditulis oleh Blake Nelson. Dibawahi sebuah penerbit terkenal, Underlined akan menerbitkan berbagai macam karya ke depannya.

2. Wattpad

Default Image IDN

Siapa yang tidak mengenal wattpad? Platform menulis yang berdiri sejak 2006 lalu telah memiliki pengguna lebih dari 2 juta. Wattpad sendiri awalnya dikenal populer karena banyaknya fan fiction yang diterbitkan. Wattpad telah mengantarkan berbagai cerita untuk diterbitkan, salah satu yang populer adalah After dari Anna Todd, sebuah fan fiction yang sudah dibaca lebih dari 400 juta di akun dan sudah memiliki sekuel.

3. Fictionpress

Default Image IDN

Fictionpress adalah sebuah komunitas menulis online di mana beberapa karyanya sudah diterbitkan baik berupa e-book dan fisik. Salah satunya adalah It’s All Relative karya S. C. Stephens yang hadir dalam bentuk kedua jenis.

4. Kemudian.com

Default Image IDN

Mengambil tagline “Menulis, Membaca, Mengapresiasi”, kemudian.com hadir sebagai komunitas menulis di mana semua pengguna bisa berkontribusi dalam menambahkan cerita pada sebuah plot. Hal ini sangat unik, karena situs menulis yang memiliki posting-an lebih dari 70.000 ini memiliki cerita baru setiap harinya.

Penulis dari dunia maya

Erisca Febriani, penulis Dear Nathan yang saat ini sudah dibaca lebih dari 30 juta kali di Wattpad menjelaskan pada awalnya Ia tidak merasa percaya diri ketika tulisannya ingin diserahkan kepada penerbit. Maka itu, Erisca memilih Wattpad sebagai sebagai sosial media dalam menunjang kesukaannya terhadap menulis.

“Kenapa sosial media? Karena di sana kita mendapat feedback dari pembaca, berupa saran, kritik, sehingga bisa jadi belajar lebih banyak lagi,” ujar Erisca pada Rappler beberapa saat lalu.

Default Image IDN

Tetapi walaupun ceritanya diambil dari platform menulis, ternyata dalam proses penerbitan, Erisca juga turun langsung dalam proses pengeditan. Untuk cerita Dear Nathan yang sudah difilmkan, Erisca mengaku tidak banyak merombak baik cerita maupun karakter karena semua benar nyata adanya yaitu cerita ketika ia menjalani pendidikan SMA.

Cerita yang berhasil diterbitkan membuat Erisca tidak langsung meninggalkan Wattpad. Karena itu, penulis yang akan segera menerbitkan sekuel Dear Nathan berjudul Hello Salma ini mengatakan dirinya akan terus menulis di Wattpad karena Wattpad adalah proses awal bagaimana ceritanya bisa dilihat oleh orang lain.

Erisca berpesan kepada orang-orang yang masih ragu menunjukkan tulisannya di Wattpad untuk mengalahkan ketakutannya. “Sebelum menulis, ingat motivasi dalam menulis itu apa sehingga ketika semangat menulisnya menurun, kita bisa kembali semangat. Soal voters, likers, jumlah pembaca, jangan berpacu dengan itu. Buat diri kamu cinta dengan cerita kamu, nanti pembaca juga akan larut dengan ceritamu!”

Bentuk inovasi

Dengan banyaknya platform menulis, tentu saja kesempatan untuk menunjukkan skill dalam bercerita bisa terlihat. Tetapi apakah semua yang ada di platform tidak bisa dinilai kualitasnya?

Adhitya Mulya, penulis buku yang juga seorang penulis skrip film ini menceritakan tujuan awalnya menerbitkan buku. Dirinya menjelaskan pada awalnya, Ia memang berniat ingin menulis buku.

Tulisan pertamanya, Jomblo, sudah ditolak oleh dua penerbit sampai akhirnya iabertemu dengan Moammar Emka yang saat itu populer dengan Jakarta Undercover-nya. Saat itu, Emka berbaik hati memberitahu apa saja yang perlu dirombak. Setelah merombak itu, Emka akhirnya "meminang" karya Adhit sebagai karya pertama terbitan Gagas Media. Selain itu dirinya juga menulis di blog agar melihat respon pembaca terhadap postingannya.

“Jadi enggak kayak durian jatuh. Everything takes practice. Saya juga menulis di blog lalu saya lihat banyak yang bilang, 'Wah Masnya bisa nulis lucu ya'. Di situ saya berpikir saya bisa enggak ya bikin buku isinya lucu. Saya kan punya skill menulis tapi saya pengin bergabung di industri film jadilah menulis buku semacam batu loncatan hingga bergabung dalam industri film,” jelas Adhit kepada Rappler di kediaman pribadinya beberapa waktu lalu.

Soal banyaknya buku yang dihasilkan dari platform menulis, Adhit merasa tidak masalah dengan adanya hal tersebut. Hal ini dikarenakan memang sejak dulu mencari naskah tidak hanya dimulai dari mencari di Wattpad atau platform sejenis saja. Sebelumnya ada blog, ada sosial media seperti Twitter, dan masih banyak lagi.

“Tidak ada yang salah dengan itu. Sepuluh tahun lalu, editor-editor itu pada hunting di blog. Bahkan ada penerbit yang meng-hire editornya hanya untuk mencari blog-blog mana yang bisa dijadikan buku. Jadi memang tidak ada yang salah hanya perkembangannya memang sudah berbeda. Di zaman saya, itu blog. Zaman Lupus mungkin hunting di cerita surat kabar. Jadi ya beda zaman, beda media. Ibaratnya setiap nelayan punya metode sendiri,” kata Adhit.

Default Image IDN

Penulis yang memilih Malcolm Gladwell sebagai penulis favoritnya ini memberi pesan bagi penulis yang ingin ceritanya diterbitkan. Kuncinya adalah selalu melakukan test market dan jangan menyerah. Test market maksudnya adalah melihat respon dari siapapun yang membaca.

“Raditya Dika sebelum bukunya jadi best seller udah punya blog yang dibaca lebih dari 700 ribu kali. Itu artinya, he tested the market. Semua orang sukses yang kita lihat di tv, di buku, they don’t come from nothing, mereka melatih diri mereka. Jangan menulis satu cerita terus pas dikasih penerbit lalu ditolak langsung ciut karena merasa itu masterpiece kamu,” pesan Adhit menutup pembicaaan.

Platform menulis asli Indonesia

Melihat pendapat kedua penulis, menulis di platform tentu bukan sesuatu yang buruk. Justru itu bisa menjadi ajang menunjukkan kemampuan menulis sekaligus mendengarkan pendapat publik tentang karya seseorang. Di Indonesia sendiri, selain kemudian.com, ada Gramedia Writing Project (GWP), komunitas menulis online yang berawal dari sebuah kompetisi di tahun 2013.

Menurut Wisnu, Public Relations GPU, saat ini pengguna GWP sudah mencapai 24.000, sedangkan untuk cerita, sudah mencapai 6.000 dan angkanya akan terus bertambah karena banyaknya antusias yang diberikan pembaca.

Default Image IDN

Dengan kehadiran platform menulis di internet yang semakin banyak dengan jumlah karya yang fantastis, potensi lahirnya penulis-penulis muda tentu semakin tinggi. Tapi tentu tidak hanya sebatas melahirkan karya tapi juga memastikan karya itu dibaca dan dinikmati banyak orang. Ini menjadi tugas penerbit dalam memilih cerita yang layak dibaca oleh para pembaca dan juga tugas penulis untuk memberikan cerita yang berkualitas. Apapun jalannya, apapun platform-nya, sebuah cerita tetaplah cerita. Yang baik dan menarik pasti akan dicari orang, di mana pun dan bagaimana pun cara untuk mengaksesnya.

—Rappler.com

Editorial Team