Jakarta, IDN Times - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, sebanyak 51 alat berat digunakan untuk mengevakuasi korban tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. Beberapa alat berat juga masih dalam perjalanan untuk di wilayah likuifikaksi yang memerlukan eksavator amfibi.
"Karena lumpurnya masih basah, diperlukan 6 unit khususnya di daerah Jono Oge, Kabupaten Sigi. Di wilayah itu diperkirakan ada 366 unit bangunan rusak. Area terdampak likuifaksi mencapai 202 ha," ujar Sutopo dalam konferensi pers di Graha BNPB Jakarta, Minggu (7/10).
Seperti diketahui, pemerintah menetapkan bahwa evakuasi korban bencana dan masa tangggap darurat berakhir pada 11 Oktober 2018.
Batas Tanggap Darurat 11 Oktober, Evakuasi Gempa Palu Masih Berjalan

1. Terjadi perpindahan masyarakat Palu ke kota lain
Untuk evakuasi masyarakat, kata Sutopo, banyak yang ingin pindah ke kota lain. Sebanyak 8.110 orang telah meninggalkan Palu menuju kota-kota lain seperti Makassar, Manado hingga ke Jakarta. Kemudian, 6.157 orang telah dievakuasi dengan pesawat. Menurut Sutopo, kondisi evakuasi tidak padat lagi, sudah jauh lebih tertib.
"Warga ingin keluar sementara, menumpang ke rumah sanak saudaranya. Pemerintah memfasilitasi dari jalur darat dan laut. Fokus untuk evakuasi korban terutama daerah terdampak luas. Hal ini terdapat di perumnas Balaroa, karena mengalami amblesan dan kenaikan tanah sekaligus," kata Sutopo.
Hingga kemarin (6/10), tercatat sebanyak 155 orang ditemukan tewas. Kemudian, masih ada 5 ribu orang yang belum ditemukan.
"Tentu banyak juga jumlah penduduknya. Tidak mudah mendata berapa pasti korban tertimbun material longsor, yang jelas upaya evakuasi terus dilakukan dan target 11 Oktober 208 selesai. Jika korban tidak ditemukan, dinyatakan hilang. Kalau kita lihat di Petobo terutama di sektor Timur kerusakan parah, tertimbun lumpur sampai 3 meter," paparnya.
2. Ribuan personel telah dikerahkan
Sampai Minggu (6/10) pukul 13.00 WIB, tercatat jumlah personil yang membantu proses evakuasi sebanyak 8223 orang. Mereka terdiri dari kalangan militer 6.338 orang, kalangan sipil 1.560 orang dan dari kalangan militer asing sebanyak 325 orang.
"Sebenarnya fakta di lapangan, relawan yang bekerja lebih dari 8223 orang. Karena beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat/Non Governmental Organization (LSM/NGO) belum melapor ke posko darurat. Untuk itu, kami mengimbau agar seluruh LSM/NGO maupun ormas untuk segera mendaftar ke posko agar terdata ke mana saja sebaran wilayah kerjanya," katanya.
3. Tim medis dan rumah sakit telah dioperasikan
Sementara, untuk penanganan medis terdapat 146 tim yang totalnya 1175 orang tenaga medis. Pemerintah juga telah menyediakan rumah sakit terapung yaitu, KRI Dr. Suroso.
Dalam penanganan terkait kesehatan, ada 3 sub klaster, yaitu sub klaster gizi, sub klaster kebutuhan lingkungan (dalam pelayanan masyarakat ada yang sifatnya statis dan ada yang sifatnya bergerak), dan sub klaster pelayanan gizi.
"Total ada 9 rumah sakit yang telah beroperasi. Sedangkan distribusi logistik, untuk 4 kecamatan terisolir diberikan dengan bantuan dropping dari helikopter. Terisolir karena akses ke lokasi rusak, dalam hal ini dari PUPR terus berupaya membuka akses tadi. Untuk bantuaan penanganan kondisi pelabuhan Pantoloan sudah normal, dioperasikan baik untuk penumpang maupun penerimaan bahan logistik," paparnya.