Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bedah buku berjudul "Merahnya Ajaran Bung Karno" karya Airlangga Pribadi (dok. PDIP)

Intinya sih...

  • Hasto Kristiyanto menyerukan melawan ketidakadilan dan penindasan dalam acara bedah buku "Merahnya Ajaran Bung Karno" oleh Airlangga Pribadi.
  • Hasto mengingatkan perjuangan petani di Rangkasbitung sebagai bagian dari hasrat manusia memiliki jiwa merdeka dan menentang ketidakadilan.
  • Airlangga Pribadi menjelaskan bahwa buku tersebut terinspirasi oleh gagasan "theatre of the oppress" yang menggambarkan perjuangan Bung Karno dalam melawan penindasan.

Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menyerukan pentingnya melawan ketidakadilan dan penindasan. Hal itu Hasto sampaikan dalam acara bedah buku berjudul "Merahnya Ajaran Bung Karno" karya Airlangga Pribadi.

Hasto menyampaikan, pemikiran Presiden pertama RI, Sukarno atau Bung Karno selalu mengandung nilai perjuangan untuk pembebasan rakyat. Menurutnya, Bung Karno telah merancang sebuah desain kekuasaan yang bertujuan untuk kedaulatan rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi atau keluarga tertentu.

"Tujuan kita adalah merombak struktur kekuasaan yang tidak adil, struktur kekuasaan yang desainnya adalah untuk kedaulatan rakyat, tapi telah diubah untuk keluarga. Ini yang harus kita lakukan perlawanan dari aspek intelektual hingga menjadi gerakan," ujar Hasto dalam keterangannya, Jumat (16/8/2024).

1. Hasto singgung mengenai perjuangan rakyat

Bedah buku berjudul "Merahnya Ajaran Bung Karno" karya Airlangga Pribadi (dok. PDIP)

Dalam kesempatan tersebut, Hasto juga mengingatkan tentang sejarah perjuangan petani di Rangkasbitung yang berani melawan kolonialisme Belanda. Ia menyebutkan bahwa perjuangan tersebut merupakan bagian dari hasrat setiap manusia untuk memiliki jiwa yang merdeka dan menentang ketidakadilan.

"Maka kalau petani pun berani berjuang, kita pun dengan seluruh kekuatan intelektual dan kekuatan pergerakan kita, harus mendidik rakyat agar kita tidak membiarkan terhadap berbagai bentuk ketidakadilan," kata Hasto.

Adapun Airlangga Pribadi menjelaskan, buku berjudul Merahnya Ajaran Bung Karno terinspirasi oleh gagasan "theatre of the oppress" yang diperkenalkan oleh sastrawan Augusto Boal pada 1970-an. Menurut Airlangga, gagasan ini menggambarkan perjuangan Bung Karno dalam melawan penindasan dan mendorong pembebasan rakyat.

"Bung Karno adalah tokoh yang mendorong pada proses pembebasan dan perubahan sosial," ucap Airlangga.

Airlangga juga menyebut, Bung Karno sebagai tokoh yang melibatkan rakyat dalam membangun tanah air.

"Mereka (rakyat) tidak diam, mereka bagian dari teater pembebasan," kata dia.

2. Rocky Gerung tekankan pentingnya kembalikan tradisi berpikir

Bedah buku berjudul "Merahnya Ajaran Bung Karno" karya Airlangga Pribadi (dok. PDIP)

Rocky Gerung turut hadir dalam acara bedah buku tersebut. Rocky juga menekankan pentingnya mengembalikan tradisi berpikir yang kuat di kalangan rakyat Indonesia. Ia menilai diskusi seperti ini penting untuk mendorong pemikiran yang kritis dan relevan dengan keadaan saat ini.

"Karena hanya dengan pikiran kita bisa meloloskan seluruh ide, untuk bertengkar dengan pikiran bangsa," ujar Rocky.

3. Sejarawan soroti pernyataan Presiden Jokowi yang menyebut Istana Presiden berbau kolonial

Bedah buku berjudul "Merahnya Ajaran Bung Karno" karya Airlangga Pribadi (dok. PDIP)

Sementara itu, sejarawan Bonnie Triyana, menyoroti pernyataan Presiden Joko Widodo yang menganggap Istana Presiden masih berbau kolonial.

Bonnie menegaskan, kolonialisme lebih kepada watak dan perilaku seseorang, bukan pada bangunan fisik.

"Watak kolonial ini apa cirinya? Di zaman kolonial, pemerintah kolonial itu menggunakan hukum untuk menindas," ujar Bonnie.

Editorial Team