Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Irfan Fathurohman
IDN Times/Irfan Fathurohman

Jakarta, IDN Times - Atmosfer politik semakin memanas menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden yang akan digelar 2019 mendatang. Hal ini bisa dirasakan dari berbagai istilah yang dilemparkan para politisi dari kedua kubu, baik di media sosial maupun media mainstream.

Berbeda pendapat boleh-boleh saja, tapi suhu panas harus diredam. Lalu bagaimana kedua kubu ini menurunkan tensi politik menjelang Pilpres 2019? Berikut jawaban dari kubu Prabowo-Sandiaga:

1. Hentikan perang istilah

IDN Times/Irfan Fathurohman

Akhir-akhir ini capres-cawapres ramai berperang istilah, seperti ‘Sontoloyo’, ‘Genderuwo’, dan ‘buta-budek’. Menanggapi istilah-istilah itu, Ketua Direktorat Relawan Prabowo - Sandiaga, Ferry Mursyidan, mengatakan seharusnya istilah-istilah tersebut tidak keluar dari mulut capres-cawapres.

“Sebenarnya menggunakan apa yang sudah dimulai. Kalimat-kalimat sontoloyo, genderuwo, buta tuli, itu seharusnya gak keluar,” kata Ferry di Komplek DPR RI, Jakarta Selatan (13/11).

2. Ferry imbau BPN gunakan bahasa santun

ANTARA FOTO/M N Kanwa

Ferry mengimbau anggotanya di Badan Pemenangan Nasional untuk berperan aktif dalam meredakan tensi politik dengan menggunakan bahasa-bahasa yang santun.

“Ke dalam (BPN) kita bilang kita gunakan bahasa-bahasa yang santun. Pada dasarnya kan kita sedang melakukan upaya untuk menginfluence supaya masyarakat memilih Prabowo-Sandi. Makanya simpatik. Kita biar aja hindari pakai kata-kata yang tidak pada tempatnya,” ucap Ferry.

3. Media massa punya peran meredam tensi politik

IDN Times/Irfan Fathurohman

Sementara itu di lokasi yang sama, Wakil Ketua Partai Gerindra Ferry Juliantono mengatakan untuk meredam tensi politik perlu juga peran media massa.

“Oleh karena itu saya berpesan mengimbau kepada teman-teman media, pemilik media, aktivis pers, media itu adalah pilar demokrasi. Kembali dalam posisinya netral menempatkan dirinya dalam demokrasi,” pungkasnya.

Editorial Team