Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ANTARA FOTO/Reno Esnir

Jakarta, IDN Times - Hari pemungutan suara bagi masyarakat Indonesia untuk memilih presiden, wakil presiden, anggota legislatif serta partai politik telah seminggu berlalu. Kini, idealnya, publik mengawal proses penghitungan suara yang sedang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Ini yang kerap digaungkan oleh berbagai pihak setiap kali ada Pemilu. Alasan utamanya adalah demi mencegah terjadinya kecurangan. Namun, upaya menggiring opini publik agar tidak percaya kepada penyelenggara pemilu tahun ini sangat kuat, terutama ketika media sosial memungkinkan ini.

1. Dari hoaks tujuh kontainer surat suara tercoblos hingga ancaman mundur dari Pilpres

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Pembangunan narasi bahwa KPU tidak bersikap imparsial dalam Pemilu sudah dilakukan sejak beberapa bulan lalu. Andi Arief, Wakil Sekjen Partai Demokrat yang sempat berstatus positif menggunakan sabu, menulis di akun Twitter pribadinya bahwa ia menerima informasi ihwal tujuh kontainer berisi surat suara yang tercoblos dari Cina berada di Tanjung Priok.

Kabar ini terbukti hoaks. Selang beberapa hari, Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Djoko Santoso menyebut, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan mundur jika kecurangan terjadi. Sementara itu, usai pencoblosan, mantan Jenderal Kopassus itu mendeklarasikan kemenangannya dan Sandi, yang ia klaim berdasarkan survei internal BPN.

2. Diperburuk dengan beberapa kali KPU salah input data ke Situng

Editorial Team

Tonton lebih seru di