Beri Peluang Kerja bagi Warga, Ini Cerita Sukses Produsen Pupuk di Ciamis

Kementerian Pertanian sendiri memiliki 6 Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan), 1 Politeknik Enjinering Pertanian Indonesia (PEPI), dan 3 Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian (SMK-PP) yang bertujuan mencetak para alumni sebagai job seeker dan job creator.

"Sebagai pendidikan vokasi, tentunya Kementan lebih menfokuskan alumni dari Polbangtan, PEPI, dan alumni dari SMK-PP untuk mampu menciptakan pekerjaan sendiri dan mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi orang lain," kata Prof Dedi.

Upaya Kementan pun membuahkan hasil. Salah satu alumni Polbangtan, Fajar Gumelar, membuktikan bahwa alumni Polbangtan merupakan SDM yang memenuhi kualifikasi sebagai job creator. Saat ini Fajar Gumelar bersama rekannya menekuni usaha sebagai produsen pupuk organik di Desa Petirhilir, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Hal itu berawal dari kepedulian Fajar terhadap kualitas tanah yang semakin menurun akibat penggunaan bahan kimia berlebih baik pupuk kimia ataupun pestisida kimia. Ia pun mencoba untuk memperbarui dan mengembalikan kondisi tanah ke posisi ideal dengan penggunaan pupuk organik. 

Fajar Gumelar bersama rekannya tergabung dalam Kelompok PWMP asal Polbangtan Bogor dengan nama BOF (Best Organic Fertilizer) mengeluarkan produk pupuk organik dengan nama "Pandawa", spesifikasi pupuk Pandawa adalah C/N 16; C-Organik 46.48%; pH 7.81; Kadar air 23.86. dengan komposisi pupuk yang terdiri dari rumen, dedak, pupuk kandang, dan molase.

“Pupuk produksi kami mengandung bahan organik atau bahan alami yang bermanfaat untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah, meminimalisasi terjadinya residu kimia pada tanah, mempercepat pertumbuhan tanaman dan ramah lingkungan. Slogan kami ambil manfaat dari bumi," tutur Fajar. 

Dalam menjalankan usaha ini tidaklah mudah, butuh niat dan tekad yang kuat agar hal itu dapat terus berjalan. Fajar pun mengungkapkan suka dukanya dalam menjalankan usaha produksi pupuk ini.

"Suka duka pasti ada, mulai dari produksi hingga pemasaran contohnya terkadang konsumen tidak sanggup membayar di awal sehingga diutang dan akan dibayar pada saat panen," ungkap Fajar.

Fajar pun terus berusaha dengan gigih. Sampai pada akhirnya usaha Fajar berkembang dan dapat bekerja sama dengan Kelompok Tani Taruna Karya Mandiri.

"Alhamdulillah walaupun banyak suka duka, tetapi masih bisa bertahan pada saat pandemik ini, dan minimal bisa membantu membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, meskipun jumlahnya belum banyak," tambahnya. 

Tak hanya kesuksesan untuk ia dan kelompoknya, usaha yang dikelolanya menjadi peluang lapangan usaha untuk sekitarnya. Kini ia telah memberikan lapangan kerja untuk 8 orang dan di bagian pemasaran 5 orang.

Dalam memasarkan produknya, petani milenial ini memanfaatkan media sosial Instagram @pupuk_organik56 dan email/Facebook porganik56@gmail.com. Selain itu, mereka memasarkan langsung kepada petani dan toko pertanian di beberapa daerah, seperti Ciamis, Bandung, Majalengka dan sekitarnya.

Menurut Fajar, pencapaiannya saat ini tidak lebih karena adanya doa dan dukungan dari orang orang terdekatnya serta kepuasannya saat dapat membuka lapangan kerja bagi orang lain. Di akhir wawancara Fajar Gumelar menyampaikan, "Bagi siapa pun yang pernah kehilangan semangat, kegagalan hanyalah sebuah hal yang sifatnya sementara, jadi jika jatuh maka harus berdiri lagi," tutur Fajar.

Ketangguhan Fajar dan rekannya merupakan bukti kesuksesan pendidikan vokasi pertanian dalam membentuk SDM yang tangguh dan mandiri. Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Idha Widi Arsanti pun mengapresiasi kegigihan generasi milenial yang tak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan yang ada.

“Melalui pendidikan vokasi, Kementan terus berupaya mencetak generasi milenial yang mandiri, maju, inovatif, serta memiliki pola pikir modern sehingga dapat bersaing baik di tingkat nasional dan global. Tak hanya itu, lulusan pendidikan vokasi juga harus bermanfaat bagi lingkungan masyarakat sekitarnya," papar Santi. (NRT/VTR)