Ilustrasi World Water Forum. (https://worldwaterforum.org/)
Kemenparekraf berkomitmen dalam penyelenggaraan MICE yang berkelanjutan. Sehingga perhatian tidak hanya fokus pada aspek ekonomi, tetapi juga sosial dan lingkungan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, sebelumnya mengatakan pelaksanaan World Water Forum 2024 akan berdampak pada geliat sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Salah satunya terlihat di sektor akomodasi di mana tingkat okupansi hotel di Bali, khususnya kawasan Nusa Dua, sangat tinggi.
"Pelaksanaan event-event MICE internasional akan memberikan dampak yang besar. Ini tentunya menjadi berkah bagi Bali," ujar Rai.
Rai mengatakan hotel-hotel di kawasan Nusa Dua tempat konferensi berlangsung tingkat okupansinya menyentuh angka 100 persen. Tidak hanya di kawasan Nusa Dua, tetapi juga berdampak pada hotel-hotel di luar kawasan. Seperti Jimbaran, Kuta, Sanur, juga Ubud.
"Hal ini juga akan berdampak lebih luas ke pelaku usaha lainnya, seperti usaha restoran," ujar Rai.
Hal senada dikatakan Ketua PHRI BPD Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati. Ia mengatakan, dipilihnya Bali sebagai tempat penyelenggaraan World Water Forum di Bali tidak saja memberi dampak langsung terhadap tingkat hunian hotel di Bali, khususnya kawasan Nusa Dua tapi juga promosi Bali sebagai destinasi pariwisata favorit dunia.
“Untuk itu, saya selaku Ketua PHRI BPD Bali, berharap agar penyelenggaraan acara-acara seperti halnya World Water Forum yang dilaksanakan di Bali,” ujar Tjokorda Oka.
Tema utama World Water Forum ke-10 adalah "Water for Shared Prosperity" atau Air untuk Kesejahteraan Bersama. Pemilihan tema tersebut relevan dengan kondisi global saat ini, di mana ketersediaan air bersih masih menjadi tantangan bagi banyak negara. (WEB)