Katanya, biaya hidup itu enggak mahal, yang mahal itu biaya gengsi. Mungkin benar, sebenarnya kan kita enggak butuh-butuh amat punya tas Birkin yang seharga satu Avanza baru, ya? Pakai tas bikinan Tajur, Bogor saja pun sebenarnya sudah oke dan awet.
Tapi juga namanya manusia, selalu banyak mau dan tidak pernah puas. Dari biasa pakai tas seadanya, ingin naik kelas beli merk Zara. Tahun depannya, sudah tidak level pakai Zara, karena terlalu pasaran, diganti dengan Kate Spade atau Coach. Kedua merek itu lama-lama sudah terlalu biasa, lalu ingin menabung untuk beli Givenchy. Tahun depannya, ingin Chanel.
Ya enggak ada habisnya, karena selalu ada yang lebih baru dan lebih mewah yang bisa kamu inginkan untuk punya.
Tenang, saya enggak akan sok nasehatin kamu dengan petuah “harus hemat”, “buat apa gengsi”, “baju bagus enggak dibawa mati”, kok. Karena, kalau tinggal dan bekerja di Jakarta, kamu pasti paham tekanan untuk terlihat ‘mahal’ dan ‘valid’ — dan iya, akhirnya semua hanya bisa diatasi dengan pamer materi.
Good for you kalau profesimu tidak mewajibkanmu untuk ‘pamer’. Namun, jangan mencibir anak muda lainnya yang menghabiskan hampir seluruh gajinya untuk cicilan ‘barang mewah’, karena percaya atau tidak, people are shallow and most people take you more seriously if you look intimidating — that’s just the nature of the business. Kalau kamu tidak ada di lingkungan itu, kamu tidak akan bisa mengerti.
Iya, ini memang tidak sehat, baik untuk mental maupun dompet. Makanya, saya iri sekali dengan mereka yang hidup di Bali atau Bandung, yang terlihat lebih santai, yang orang-orangnya tanpa sungkan pakai barang tak bermerek, atau bahkan kerja dengan celana pendek, kaus, dan tote bag kanvas.
Tapi, ya mau bagaimana lagi. Jakarta itu keras, kawan. Saya tidak bisa mengubahnya. Saya cuma bisa berbagi tips untuk meminimalisasi pengeluaran pamer kamu.
Pertama, kalau kamu ingin mengeluarkan uang banyak, habiskan untuk aksesoris: tas, sepatu, dan jam, karena secara tidak sadar tiga hal tersebutlah yang pertama kali dilihat oleh orang lain. Untuk baju, pergi saja ke mall yang hobi diskon seperti Bintaro Xchange, atau datang ke bazar-bazar.
Kedua, bertemanlah dengan online shop. Lakukan risetmu, cari online shopyang terpercaya dan termurah. Percayalah, pilihan ada begitu banyak di Instagram. Barang-barang yang kamu incar di toko, pasti banyak beredar di Instagram. Kemeja H&M asli seharga Rp 400 ribu bisa kamu temukan dengan harga seperempatnya, asli pula, di beberapa online shop.
Ketiga, jangan ambil cicilan. Sayang kalau harus terbebani hutang hanya untuk hal yang tidak esensial. Prinsip saya, kalau kamu tidak bisa bayar tunai, ya berarti kamu belum mampu untuk beli barang tersebut.
Daripada kamu berhutang, lebih baik cari barang secondhand. Banyak loh toko-toko yang menjual barang preloved dengan harga jauh di bawah harga baru. Tapi sekali lagi, kamu harus riset terlebih dulu mana toko yang bisa dipercaya. Jangan sampai kena tipu!
Itu saja sih dari saya untuk sekarang. Intinya, dont try too hard to impress people. Iya, saya tahu barang itu penting, tapi jangan sampai kamu dikejar debt collector dan tidak bisa hidup tenang hanya untuk beli barang pamer, ya!
—Rappler.com
Adelia adalah mantan reporter Rappler yang kini berprofesi sebagai konsultan public relations, sementara Bisma adalah seorang konsultan hukum di Jakarta. Keduanya bisa ditemukan dan diajak bicara di @adeliaputri dan @bismaaditya