Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Kepala Divisi Produksi Farmasi Hikmat Alitamsar (kiri) meninjau fasilitas produksi gedung 43 yang nantinya akan digunakan untuk memproduksi vaksin COVID-19, di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Selasa (11/8/2020). ANTARA FOTO/dok PT Bio Farma
Sementara itu, untuk vaksin BUMN yang menggunakan adjuvant alum+CpG yang akan digunakan sebagai vaksin primer, sedang melalui serangkaian uji praklinik imunogenisitas pada hewan uji rodent dan Non Human Primate (Macaca), toksisitas dan uji tantang pada Macaca.
Rangkaian ini sudah mulai dilaksanakan pada 10 November 2021, dan akan berakhir pada Februari 2022. Jika hasil uji prakliniknya baik, barulah pada Februari 2022 akan dimulai uji klinis tahap fase 1, yang akan dilanjutkan dengan uji klinis 2 dan 3 untuk orang dewasa dan lansia di akhir Maret 2022, dengan jumlah subjek sebanyak 4.250 orang.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, setiap penelitian vaksin jenis baru dan untuk penyakit baru harus melalui tahapan-tahapan yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
“Dalam kondisi normal, satu jenis vaksin bisa dikembangkan dalam waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari 10 tahun. Namun dalam kondisi darurat seperti saat ini, penelitian vaksin COVID-19 bisa diakselerasi, dengan tetap memperhatikan standar keamanan, khasiat, atau efikasi, dan mutu," ujar Honesti. (WEB)