Hasto mengatakan, pemindahan ibu kota juga membantu program kependudukan agar kesenjangan bonus demografi antarprovinsi di Indonesia bagian timur dan barat tidak terjadi. Selain itu, ibu kota baru, Hasto menambahkan, dapat dimanfaatkan untuk migrasi dan transmigrasi agar terjadi kompleksitas yang baru.
"Bonus demografi yang diraih tiap daerah di Indonesia berbeda-beda, terjadi tidak merata. Di Indonesia bagian timur, bonus demografi ada yang baru memulai bahkan ada yang belum memulai sehingga saat memetik bonus demografi masih jauh. Sementara provinsi di Jawa misalnya seperti Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur, bonus demografi seolah-olah sudah mau menutup atau selesai,” jelas Hasto, Rabu (28/08).
Sejak program Keluarga Berencana dicanangkan BKKBN pada 1971 hingga sekarang, Indonesia berhasil mencapai angka Total Fertility Rate (TFR) tahun 2018 hingga 2,38 dari 5,6 pada 1971. Hal tersebut menjadikan Indonesia mendapatkan bonus demografi. TFR ialah rata-rata banyaknya anak yang dilahirkan hidup oleh seorang wanita sampai akhir masa reproduksinya.
Bonus demografi ialah suatu kondisi ketika jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) di suatu wilayah jauh lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk usia nonproduktif (0-14 tahun dan 65+ tahun). Kondisi itu dapat dilihat melalui angka ketergantungan yang dihitung dari pembagian antara jumlah penduduk nonproduktif dan penduduk produktif. Bila 100 orang usia angkatan kerja hanya menanggung kurang dari 50 orang yang tidak bekerja, yaitu anak-anak dan lanjut usia, maka dimulailah periode bonus demografi tersebut.
Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo, SpOG (K) menyampaikan, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan di beberapa negara umumnya tergantung pada kesempatan bonus demografinya.
"Seandainya kita geser ke Kalimantan Timur, maka pola migrasi penduduk berubah. Kalau berubah, pemerataan bonus demografinya akan lebih cepat sehingga kesejahteraan akan lebih cepat, dari sisi kajian kependudukan seperti itu,” kata dr Hasto.
Setelah bonus demografi tercapai, selanjutnya akan terjadi jendela peluang (window of opportunity) atau kondisi ketika angka ketergantungan berada pada tingkat terendah, yakni rasio ketergantungan 44 per 100 pekerja. Hal itu diperkirakan akan terjadi selama 10 tahun dari 2020 sampai 2030.
Penurunan rasio tersebut disebabkan menurunnya jumlah anak yang dimiliki keluarga di Indonesia. Hal itu membuat beban yang ditanggung penduduk usia produktif makin sedikit. Sebuah kondisi struktur umur penduduk yang nyaman dan ideal untuk melaksanakan pembangunan, berinvestasi dalam peningkatan kualitas anak, serta persiapan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup lanjut usia di masa depan.