Pembukaan Sekolah Lapang Hilal (SLH) BMKG di Ponpes Assalam Sukoharjo, Jawa Tengah, Minggu (28/8/2022).
Ruhyatul hilal sebetulnya tidak terlalu asing bagi masyarakat Indonesia. Namun dua organisasi Islam besar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah memiliki metode perhitungan hilal yang berbeda.
Metode penentuan hilal yang didasarkan pada penglihatan dan pengamatan bulan secara langsung dikenal dengan rukyatul hilalbiasanya digunakan NU.
Pengamatan hilal tersebut dilakukan pada hari ke-29 atau malam ke-30, dari bulan yang sedang berjalan. Bila malam tersebut hilal sudah terlihat maka malam itu pula sudah dimulai bulan baru.
Sebaliknya, jika hilal tidak terlihat maka malam itu adalah tanggal 30 bulan yang sedang berjalan. Malam berikutnya dimulai tanggal satu bagi bulan baru atas dasar istikmal (digenapkan).
Sementara itu, Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal, yakni matahari terbenam lebih dahulu daripada bulan walau hanya berjarak satu menit atau kurang.
Dilansir dari website resmi Muhammadiyah, mengutip buku Pedoman Hisab Muhammadiyah dijelaskan, hisab hakiki wujudul hilal bulan Kamariah baru dimulai apabila pada hari ke-29 berjalan, saat matahari terbenam terpenuhi tiga syarat secara kumulatif.
Ketiga syarat tersebut adalah:
- Telah terjadi ijtimak
- Ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam
- Saat matahari terbenam dan piringan atas bulan masih di atas ufuk.
Apabila salah satu dari kriteria tersebut tidak dipenuhi, maka bulan berjalan digenapkan tiga puluh hari sehingga bulan baru dimulai lusa.