Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

BMKG Prediksi Fenomena El Nino Akan Berlangsung hingga Maret 2024

Dwikorita Karnawati (IDN Times/Rachma Syifa Faiza Rachel)

Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Meteorologi, Kliminatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati memprediksi dampak El Nino akan terus berlangsung sampai Februari dan Maret 2024. Suhu panas dan kering yang saat ini melanda hampir seluruh wilayah di Indonesia merupakan dampak dari kemarau panjang dan fenomena El Nino.

"Saat terjadi musim hujan pengaruhnya tidak akan sedahsyat saat ini, memasuki bulan November nanti InsyaAllah akan mulai musim penghujan. Jadi walaupun El Nino masih terjadi, dampak yang ditimbulkan akan berkurang," ujar Dwikorita Karnawati di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Senin (9/10/2023).

1. BMKG sudah siap lakukan modifikasi cuaca

Ilustrasi kekeringan akibat kemarau panjang dan fenomena El Nino terjadi di Indonesia, Senin (18/9/2023). Cover Grafis IDN Times

Dwikorita menjelaskan, untuk kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) saat ini lebih kecil dibandingkan pada El Nino tahun 2019. Menurutya, dampak yang ditimbulkan lebih kecil dan terkendali apabila dibandingkan dengan fenomena El Nino hebat tahun 2015.

"Dampaknya lebih kecil karena kita sudah siap, dari bulan Februari lahan-lahan gambut sudah dibasahi. Sejak bulan Februari juga kita sudah melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) ratusan kali bahkan hingga saat ini," jelasnya.

Kita memfokuskan pada lahan-lahan gambut, karena pada saat terjadi kemarau itu permukaan air tanah itu mengalami penurunan jadi kami paksa naik agar tidak terjadi kebakaran," sambungnya.

2. BMKG tengah fokus perbaiki kualitas udara dengan modifikasi cuaca

Dwikorita Karnawati (IDN Times/Rachma Syifa Faiza Rachel)

Dwikorita menyebut, saat ini BMKG fokus untuk memperbaiki kualitas udara yang memburuk yang memiliki korelasi dengan titik api.

"TMC kali ini tidak hanya untuk memadamkan api, tetapi juga untuk memulihkan kualitas udara. Kami mengupayakan sampai akhir atau awal Oktober," imbuhnya

3. Tak ada awan, modifikasi tidak selalu berhasil

ilustrasi langit dan awan (IDN Times/Sunariyah)

Dwikorita menjelaskan terdapat kesulitan saat melakukan TMC karena tidak ada awan. Hal ini menyebabkan modifikasi cuaca tersebut tidak selalu berhasil.

"Jadi kita harus prediksi dulu awan itu adanya kapan jadi kalo dipaksakan tidak selalu berhasil," ujarnya.

"Untuk TMC ada 5 posko yakni di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatra Selatan, Jambi, dan wilayah-wilayah lainnya yang urgent ditangani," tutupnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us