Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati
Peresmian Gedung Indonesia Multi Hazard Early Warning System (INA-MHEWS) BMKG Jakarta (IDN Times/Amin Rakil)

Intinya sih...

  • Gedung BMKG tahan gempa megathrust hingga 8,7 - 8,8 Skala Richter

  • Terjadi prediksi cuaca di tiap desa dan lautan dengan teknologi tercanggih

  • Peringatan gempa lebih cepat diketahui, kurang dari 3 menit setelah kejadian

Jakarta, IDN Times -Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meresmikan gedung Peringatan Dini Multi Bahaya pada Senin (21/7/2025). Gedung ini merupakan Command Center atau Pusat Komando pertama di Indonesia yang dirancang khusus untuk tahan terhadap gempa bumi. 

“Gedung ini kami rancang dengan struktur tahan gempa yang mengandalkan teknologi Friction Pendulum Base Isolator untuk meredam guncangan. Artinya, ketika gempa terjadi, seluruh sistem tetap bisa berjalan tanpa gangguan. Ini bukan sekadar gedung, tapi jantung dari sistem penyelamat nyawa,” Kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Selain itu, kata Dwikorita, gedung yang menjadi pusat komando ini juga memberikan peringatan dini multi bahaya terkait bahaya geo-hidrometeorologi seperti gempa bumi, tsunami, cuaca, iklim bahkan suhu udara. 

1. Tahan gempa megathrust, sekitar 8,7 sampai 8,8 Skala Richter

Peresmian Gedung Indonesia Multi Hazard Early Warning System (INA-MHEWS) BMKG Jakarta (IDN Times/Amin Rakil)

Gedung yang baru diresmikan ini diklaim mampu menahan gempa kuat sekitar 8,7 hingga 8,8 Skala Richter. Dengan teknologi peredam gempa yang diambil dari Italia lalu dikembangkan, dirakit, dan dirancang di Indonesia.

Sebelumnya, telah ada gedung yang memiliki 4 lantai dan satu basement di Denpasar, dibangun dengan teknologi serupa. “Karena yang lokal Cirebon itu sudah dipasang di kembaran gedung ini. Yang ada di Denpasar, di situ tinggi levelnya hanya 4 lantai saja. Jadi menggunakan yang made in Cirebon tadi, dan itu cukup handal ya. Teknologinya mirip lah,” tambahnya.

Sementara, gedung Peringatan Dini Multi Bahaya terdiri dari 9 lantai, dua basement dengan teknologi base isolator tipe Friction Pendulum yang dipasang di 23 titik. Kedua gedung ini menghabiskan dana sebesar Rp252 miliar.  


2. Terdapat prediksi cuaca di tiap desa dan lautan

Peresmian Gedung Indonesia Multi Hazard Early Warning System (INA-MHEWS) BMKG Jakarta (IDN Times/Amin Rakil)

Data-data cuaca yang ada di Indonesia akan dimanfaatkan di gedung ini. Dengan menggunakan high performance computer atau super komputer yang dinamakan Small, merupakan teknologi tercanggih di Asia Tenggara, teknologi yang ada di gedung ini memungkinkan adanya prediksi cuaca yang lebih cepat dan akurat. 

“Cuaca yang prakiraan BMKG yang dulunya 10 tahun yang lalu 1 provinsi itu 1 cuaca, sekarang 1 desa itu 1 cuaca. Resolusinya lebih tinggi, ya. Kemudian juga cuaca di laut dulu tidak ada, sekarang ada cuaca di laut.  Resolusinya juga tinggi, kemudian juga daya prediksinya itu bisa 7-10 hari. Jadi prediksinya bisa lebih jauh. Kalau dulu kan setiap hari, jadi hanya 1 hari, 2 hari, 3 hari maksimal,” kata Dwikorita. 

Rencananya, pusat informasi yang ada di kantor BMKG akan dipindahkan secara bertahap ke gedung ini. 


3. Peringatan gempa diklaim akan lebih cepat diketahui

Peresmian Gedung Indonesia Multi Hazard Early Warning System (INA-MHEWS) BMKG Jakarta (IDN Times/Amin Rakil)

Adanya sistem komputasi yang dirancang di gedung ini, membuat peringatan gempa akan lebih dini diketahui. Awalnya, peringatan dini BMKG bisa disebarkan 5 menit setelah gempa, namun dengan teknologi yang ada membuat peringatan gempa dapat diketahui kurang dari 3 menit. 

“Jadi sebelumnya saat kejadian gempa di Palu, kemudian di Lombok, itu jeda waktu antara kejadian gempa dengan peringatan dini itu 5 menit. Nah, dengan adanya fasilitas baru ini, kurang dari 3 menit sampai 2 menit. Kecepatannya jadi meningkat," ujar Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Mohammad Syafii.

Dia mengapresiasi pendirian dan peresmian gedung baru BMKG, karena Basarnas bisa mendapatkan informasi lebih dini serta bisa lebih cepat dalam mengantisipasi kondisi darurat yang akan terjadi.


Editorial Team