Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

BMKG Sebut Tangki Kilang Minyak Pertamina Sangat Bisa Tersambar Petir

Foto hanya ilustrasi. (IDN Times/Mardya Shakti)

Jakarta, IDN Times - Pertamina saat ini masih melakukan investigasi terhadap kebakaran tangki kilang minyak di Cilacap, Jawa Tengah. Dugaan tangki kilang minyak kebakaran karena tersambar petir juga muncul.

Berdasarkan analisis dari data citra satelit dan radar cuara, pada Sabtu (13/11/2021) pukul 17.00-21.00 WIB, terpantau adanya pertumbuhan awan konvenektif di Cilacap. Awan konvenktif jenis cumolonimbus ini memiliki karakter yang dapat menyebabkan terjadinya potensi hujan intensitas sedang hingga tinggi.

Sambaran petir paling dekat terdekat di kilang minyak RU IV Cilacap terjadi pada pukul 18.47 WIB dengan jarak sekitar 12 km. Posisi petir berada di sebelah timur laut kilang minyak RU IV Cilacap. Sementara, sambaran petir pada pukul 19.23 WIB berjarak 43 km dari kilang minyak RU IV Cilacap.

1. Tangki kilang minyak pertamina bisa tersambar petir

IDN Times/Sukma Shakti

Kepala Sub Bidang Analisis Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Suaidi Ahadi mengatakan tangki kilang minyak Pertamina sangat berpotensi tersambar petir. Hal itu karena kilang minyak memiliki beda potensial yang tinggi dengan petir.

"Bisa banget (tersambar petir). Jadi, kalau biasanya kilang minyak itu kan ada yang api keluar, cerobong yang apinya harus keluar supaya gak meledak, itu menghasilkan beda potensial juga dan itu sangat tinggi. Partikel ion di daerah situ memang tinggi, makanya daerah-daerah kilang minyak itu objek vital negara harus dilindungi proteksi petir yang benar," ujar Suadi kepada IDN Times, Senin (15/11/2021).

"Jadi itu kan sebenarnya daerah kilang minyak itu kan memancing petir, yang cerobong api buat melepaskan energi dia, itu beda potensialnya tinggi," sambungnya.

2. Penyebab terjadinya petir

Ilustrasi hujan dan sambaran petir, IDN Times/ istimewa

Suadi menjelaskan, petir menyambar objek tertentu karena beda potensial. Hal itu dipengaruhi adanya partikel ion untuk benda statis.

"Untuk terjadinya petir harus ada aerosol kalau di udara yang kotor, sehingga partikelnya ionnya jadi lebih radikal. Biasanya petir itu mau hujan atau pas hujan, karena memang partikel ionnya di atmoster sedang radikal-radikalnya, karena ada angin dan lain-lain," ucapnya.

Menurutnya, petir tak hanya menyambar permukaan lebih tinggi saja. Petir menyambar permukaan bidang apa saja tergantung beda potensialnya. Apabila ada beda potensial yang tinggi, petir bisa langsung menyambar objek tersebut.

"Misalnya datar, lapang tapi di situ ada aktivitas beda potensial, itu mengundang petir, contoh di lapangan, di sawah, terus misalnya ada kumpulan pohon kelapa, kenapa pohon kelapa ini saja yang kena, itu karena beda potensial di pohon kelapa itu sedang besar-besarnya. Mungkin dia sama angin lebih atraktif dan lain-lain," katanya.

3. Cara pasang penangkal petir yang baik

Ilustrasi awan Cumulonimbus (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Suaidi menjelaskan, dalam satu komplek itu tidak harus setiap bangunannya dipasang penangkal petir. Menurutnya, lebih baik menggunakan sistem integrasi petir terpadu dalam satu blok.

"Misalnya satu komplek setiap gedungnya dipasang penangkal petir, padahal gak gitu, harusnya satu komplek itu dibikin sistem integrasi petir terpadu," katanya.

Selain itu, sebelum memasang penangkal petir juga harus melihat historinya terlebih dahulu. Seberapa kuat petir yang pernah terjadi di daerah tersebut.

"Ini pelajaran bagi kita semua, proteksi petir tidak hanya mencari arden 0, harus melihat sejarah petirnya daerah tersebut," katanya.

Meski demikian, Suaidi mengaku tidak mengetahui secara pasti penggunaan penangkal petir di kilang minyak Pertamina. "Saya gak bisa menjawab karena gak pernah ke sana, seharusnya dipasang sistem yang terintegrasi," imbuhnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us