Kepala Lembaga Molekuler Eijkman periode 2014 - 2021, Amin Soebandrio ketika berkunjung ke kantor IDN (IDN Times/Panji Galih Aksoro)
Kelanjutan pengembangan Vaksin Merah Putih dengan teknologi inactivated virus Sars-CoV-2 itu sempat menjadi tanda tanya, lantaran 80 persen dari 120 peneliti di Eijkman berstatus non-ASN. Sedangkan, dalam proses peleburan Eijkman dengan BRIN, instansi pelat merah itu hanya mau mengangkut peneliti yang telah berstatus ASN.
Meski demikian, Kepala Lembaga Biomolekuler (LBM) Eijkman 2014-2021, Amin Soebandrio, memastikan pengembangan Vaksin Merah Putih akan terus berlanjut meski Eijkman dilebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Janji itu sempat disampaikan kepada Amin oleh para pimpinan BRIN.
Apalagi Vaksin Merah Putih merupakan bentuk terobosan kemandirian Indonesia dalam menghadapi pandemik COVID-19. Vaksin Merah Putih rencananya bakal dimasukkan ke dalam daftar merek vaksin yang digunakan untuk booster pada 2022.
"Pimpinan menjanjikan pengembangan Vaksin Merah Putih akan terus dilanjutkan dan dibiayai oleh BRIN. Sekarang, masalahnya ada di industri menyangkut bagaimana gono gininya, pembagian pembiayaan, kemudian kalau ada royalti bagaimana pembagiannya," ungkap Amin ketika dihubungi oleh IDN Times melalui telepon, Selasa (4/1/2022).
Ia menambahkan, para peneliti di Eijkman akan tetap memenuhi komitmen mereka. Sebab, biar bagaimana pun, Indonesia harus mampu memproduksi vaksin sendiri.
"Sehingga pada akhirnya nanti, Indonesia bisa memenuhi 50 persen kebutuhan vaksinnya dengan produksi dari dalam negeri," kata dia lagi.