Jakarta, IDN Times – Batu raksasa setinggi 1002 mdpl itu berdiri kokoh, membentang dari barat ke timur. Di depannya terhampar tanaman padi yang hijau hingga tampak seperti permadani. Saat kami tiba di kawasan batu yang bernama Bukit Kelam ini, jarum jam masih menunjukkan pukul 16.00 WIB, matahari dengan warna keemasan menerangi semua area, sehingga menampilkan pemandangan eksotis nan menakjubkan.
Sebuah batu raksasa menjulang tinggi menghadap hamparan permadani hijau, dengan hutan tropis di kiri kanannya yang memagari ladang-ladang padi yang siap berbuah milik warga suku Dayak Borneo. Pemandangan yang terlihat persis seperti di wallpaper-wallpaper komputer: tenang, indah, dan menyejukkan.
Bukit Kelam terletak di Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat. Sebagian masyarakat menyebutnya Gunung Kelam. Bukit Kelam merupakan monolit atau bongkahan batu terbesar di dunia. Dengan tinggi 1002 mdpl dan luas sekitar 520 hektare, Bukit Kelam berhasil mengalahkan Uluru atau Ayyers Rock di Australia, yang selama ini disebut sebagai monolit terbesar di dunia. Karena itu, julukan sebagai batu terbesar di dunia pantas disematkan untuk Bukit Kelam.
Besar dan tingginya Bukit Kelam tidak bisa diragukan lagi. Ini terbukti dari terlihatnya gunung batu raksasa ini hampir dari banyak penjuru di Sintang. Bahkan saat mengarungi Sungai Kapuas, yang membentang membelah wilayah Kalimantan Barat, Bukit Kelam berdiri kokoh dari kejauhan, seolah mengawasi semua kegiatan di sekitarnya.
Tidak hanya besar dan kokoh, Bukit Kelam juga menyimpan banyak cerita dan kekayaan alam. Beberapa di antara kekayaan itu bahkan merupakan satu-satunya di dunia.
Batu raksasa ini juga menjadi sumber kehidupan warga di sekitarnya. Konon ada yang menyebut, batu raksasa Bukit Kelam merupakan meteor yang jatuh di bumi Sintang. Tapi ada juga cerita rakyat yang melegenda, menyebut batu raksasa ini jatuh saat seorang pemuda Dayak sakti hendak mengangkatnya untuk menutup Sungai Kapuas.
Alkisah, beredar cerita di masyarakat bahwa Bukit Kelam merupakan batu yang diambil oleh seorang pemuda Dayak super sakti dari puncak gunung batu di Nanga Silat, Kabupaten Kapuas Hulu. Memiliki sifat sombong dan serakah, pemuda bernama Bujang Beji atau Sebeji itu sesumbar akan menutup sungai dengan kekuatan ilmunya, agar ikan-ikan yang ada di Sungai Kapuas dan Melawi hanya bisa diambil olehnya.
Melihat kelakuan Bujang Beji, seorang putri yang juga sakti mencari akal agar keinginan buruk Sebeji itu tidak terlaksana. Ia mengumpulkan duri dan menaburkannya di jalan yang akan dilalui Bujang Beji. Benar saja, sebuah duri menusuk kaki Sebeji saat ia membawa batu tersebut. Bujang Beji terjatuh. Dia marah hingga membuat batu yang diangkatnya jatuh di tempat sekarang yang disebut Bukit Kelam.