Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kol goreng (pixabay.com/Setthawit Yantaporn)
ilustrasi kol goreng (pixabay.com/Setthawit Yantaporn)

Intinya sih...

  • Sayur yang digoreng kandungan gizi akan berkurang.

  • Sayuran yang digoreng menambah lemak dan kalori.

  • Sayur harus diolah dengan metode tepat.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Siapa yang tidak suka dengan sensasi kriuk kol goreng yang renyah? Bagi sebagian orang menu ini menjadi hidangan pendamping setia kala berburu makanan kaki lima seperti pecel lele atau ayam penyet.

Disajikan di samping pecel lele atau ayam penyet, kol goreng rasanya nyaris tak pernah absen dari piring para pelanggan setianya. Siapa yang bisa menolak sensasi kriuknya? Bagi sebagian orang, kol goreng lebih dinanti daripada lauk utamanya.

Namun, di balik kenikmatan hidangan kol goreng yang dioleh dengan metode "deep frying" ini ternyata menyimpan bahaya bagi kesehatan yang yang jarang disadari para "food hunter".

Berikut penjelasan dari ahli gizi tentang bahaya di balik kenikmatan kol goreng!

1. Sayur yang diolah dengan digoreng, kandungan gizinya berkurang

Sajian sambal kol goreng (instagram.com/ayampenyetbabeh)

Sejatinya, sayuran dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral yang sangat baik bagi kesehatan tubuh manusia. Namun, metode pengolahan sayur yang tidak tepat, seperti digoreng, kandungan gizinya bisa berkurang.

Dosen Departemen Gizi Masyarakat IPB University, Dr. Zuraidah Nasution menjelaskan, proses menggoreng dapat merusak kandungan zat gizi mikro pada sayuran, terutama vitamin yang larut dalam air.

“Cara terbaik mengolah sayuran adalah dengan menggunakan prinsip pemaparan panas yang minimal dan penggunaan air yang tidak berlebih, seperti ditumis atau dikukus,” jelasnya dalam keterangan resmi dikutip IDN Times, Minggu (22/6/2025).

2. Asupan lemak dan kalori bertambah dalam tubuh

Dosen Departemen Gizi Masyarakat IPB University, Dr. Zuraidah Nasution (Dok. Humas IPB University)

Ia menambahkan, menggoreng sayuran dengan teknik "deep frying", menyebabkan air dalam sayuran menguap. Ini menciptakan rongga yang bisa terisi oleh minyak goreng, sehingga menambah asupan lemak dan kalori ke dalam tubuh.

“Tanpa disadari, kita menambahkan lemak ekstra ke tubuh hanya karena ingin mendapatkan tekstur renyah dari sayur yang digoreng,” kata Dr Zuraidah.

Selain meningkatkan kandungan lemak, proses penggorengan dengan suhu tinggi juga dapat memicu oksidasi lemak dalam minyak goreng. Oksidasi ini menghasilkan senyawa berbahaya, termasuk senyawa karsinogenik yang berpotensi meningkatkan risiko kanker jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

3. Sayur harus diolah dengan metode yang tepat

ilustrasi sayuran hijau (pexels.com/cottonbro studio)

Dr. Zuraidah berpesan, meskipun kol goreng sebagai pelengkap pecel lele terasa nikmat dan menambah selera makan, perlu diingat bahwa sayuran sebaiknya diolah dengan cara yang lebih sehat.

Ingat! Sayuran tetap dapat memiliki tekstur renyah tanpa harus digoreng, yakni dengan cara mengukus atau menumisnya dengan waktu singkat dan sedikit air.

“Sayur yang digoreng memang enak. Namun, akan jauh lebih baik dan menyehatkan bila kita mengolahnya dengan teknik yang mempertahankan nilai gizinya,” tuturnya.

Dengan memilih metode memasak yang tepat, masyarakat tetap bisa mendapatkan manfaat optimal dari sayuran tanpa harus khawatir kehilangan gizi atau menambah risiko kesehatan.

Kesimpulannya: kol goreng yang menjadi hidangan pendamping saat beburu pecel lele dan ayam pecet berpotensi memicu risiko kanker. Proses penggorengan suhu tinggi dapat menghasilkan senyawa kimia yang berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Editorial Team