Maggot yang sedang dibudidayakan di TPS Terpadu Unnes. IDN Times/Fariz Fardianto
Steven menceritakan pengalamannya saat mulai menekuni pengelolaan sampah. Hal itulah yang membuatnya tergerak untuk menciptakan suatu gerakan nyata di masyarakat dalam menjaga lingkungan.
“Saya di kampus belajar tentang waste management dari 2019. Saat itu saya diminta menghadiri seminar oleh seorang kakak tingkat yang membahas pengelolaan sampah organik menggunakan maggot. Maggot itu bisa makan sampah yang kemudian jadi pupuk organik. Sedangkan maggotnya bisa jadi pakan. Saya pikir ini bisa menghasilkan dan mengatasi masalah sampah,” ucap dia.
Dari situlah, Steven melamar magang di suatu perusahaan jamu di Bandung. Dia bekerja sama dengan bosnya yang sekaligus juga mentor untuk mendirikan gerakan pengelolaan sampah organik eLarvae, dengan tujuan menyejahterakan pemulung pada pertengahan 2019.
"Saat itu mereka lebih memilih sampah botol dan kaleng yang bisa dijual daripada memungut ampas jamu. Saya ingin membuktikan kalau pandangan seperti itu salah. Itu adalah gerakan nyata pertama saya,” lanjutnya.