Kadis Remigius mengatakan, selain Benteng Kikit Gewen, ada juga Benteng Ranu Hitu. Dulu Benteng tersebut merupakan benteng utama Kerajaan Dirun. Masyarakat setempat biasa menyebutnya Benteng Lapis 7. Fungsinya sebagai tempat pertahanan ketika perang antarsuku marak.
“Benteng ini memiliki lapisan-lapisan pertahanan, mulai dari awal pintu masuk hingga ke titik terakhir. Di sana terdapat sebuah area bulat dari batu membentuk sebuah tempat pertemuan, yang dulu biasa digunakan para raja untuk berdiskusi dan mengatur strategi,” ucap Remigius.
Hingga saat ini, susunan bangku batu tempat pertemuan tersebut terlihat asli dan alami. Di tengah-tengahnya ada bongkahan batu besar dan kecil. Konon, bongkahan batu tersebut dipergunakan untuk menaruh kepala musuh yang sudah dipenggal.
Dari beberapa bangku batu yang ada, ada satu bangku yang posisinya lebih tinggi. Menurut masyarakat setempat, ini merupakan singgasana Raja Suku Uma Metan. Ada pula batu bulat pipih yang tergeletak sebagai alas duduk. Kabarnya, batu ini tidak boleh diduduki siapa pun. Bahkan sampai sekarang.
“Masyarakat Timor percaya, siapa pun yang menduduki bangku tersebut akan mengalami nasib buruk atau tertimpa musibah. Selanjutnya di belakang bangku tersebut terdapat sebuah batu persegi panjang yang merupakan makam Raja Dasi Manu Loeq. Yaitu raja pertama Kerajaan Dirun,” tutur Remigius.
Hal yang lebih mencengangkan, mitosnya Benteng Ranu Hitu dibuat selama tujuh hari tujuh malam. Pada siang hari, pembuatan benteng dikerjakan dengan tenaga manusia. Sementara pada malam hari, dikerjakan oleh para arwah leluhur.