Angka Prevalensi Stunting Baru Turun 0,1 Persen dari Target 14 Persen
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Angka prevalensi stunting di Indonesia baru turun 0,1 persen dari target 14 persen.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan, rendahnya angka tersebut karena belum ditemukan model implementasi yang sesuai dari program pengentasan stunting yang sudah dilakukan.
"Masalah eksekusi, implementasi di lapangannya belum ketemu model yang pas. Itu yang sekarang sedang kita cari model pasnya apa," kata Budi, dikutip dari ANTARA, Rabu (8/5/2024).
Baca Juga: Kota Nusantara Diproyeksikan sebagai Lokasi Penurunan Angka Stunting
1. Tak ada daerah yang konsisten
Budi mengatakan, pihaknya juga belum menemukan implementasi yang konsisten untuk menekan prevalensi stunting di daerah.
"Gak ada satu daerah yang konsisten di satu provinsi, bahkan di satu kabupaten/kota sedikit sekali yang bisa (konsisten)," kata Budi.
Tak heran jika penurunan angkanya pun hanya sedikit, dari semula 21,6 persen pada 2022 menjadi 21,5 persen pada 2023.
Baca Juga: Puluhan Balita di Majene Keracunan usai Makan Bubur Pencegah Stunting
2. Jumlah anak baru stunting bertambah
Editor’s picks
Sementara itu, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat (Dirjen Kesmas) Kemenkes RI, Maria Endang Sumiwi, mengatakan, penyebab sedikitnya penurunan prevalensi stunting juga karena jumlah anak yang baru stunting bertambah.
"Jadi, yang keluar 1,2 juta, yang masuk juga sekitar 1,2 juta. Bedanya cuma ratusan ribu, sehingga nanti kita evaluasinya adalah karena yang masuk stunting itu cukup deras," katanya.
Baca Juga: Dampak Krisis Iklim pada Anak, dari Stunting sampai Putus Sekolah
3. Kemenkes lakukan evaluasi
Kemenkes pun selanjutnya melakukan evaluasi atas rendahnya penurunan prevalensi tersebut.
Di antaranya dengan memperhatikan anak-anak yang masuk ke dalam kategori waisting atau 'calon stunting.
"Kemudian melakukan pencegahan dengan menerapkan protokol pencegahan stunting yang ideal," kata dia.
Protokol itu adalah membantu ibu hamil, membantu bayi dua tahun, dan ibu menyusui.
Baca Juga: Jokowi Pesimistis Stunting Bisa 14 Persen pada Akhir Jabatannya