Stunting dan Penyakit Langka Masih Ada, Pemerintah Diminta Peduli

Formula medis khusus belum ditanggung oleh JKN

Jakarta, IDN Times – Stunting dan penyakit langka masih menjadi permasalahan di Indonesia. Setidaknya ada 30,8 persen balita yang mengalami kondisi stunting yakni pertumbuhan terganggu karena kurang gizi. Sementara untuk penyakit kelainan, dari 30 persen hanya 5 persen yang dapat penanganan memadai.

Dalam rangka Hari Penyakit Langka Sedunia, Yayasan MPS dan Penyakit Langka Indonesia bekerja sama dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI), memberi edukasi perihal pemenuhan nutrisi bagi anak, pada Kamis (13/3), di Gedung IMERI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Salemba, Jakarta Pusat. 

Baca Juga: 4 Tahun Program Jaminan Kesehatan Nasional Jokowi, Apa Dampaknya?

1. Nutrisi sangat penting saat dua tahun pertama anak

Stunting dan Penyakit Langka Masih Ada, Pemerintah Diminta PeduliIDN Times / Dian Apriliana

Percaya atau tidak, dua tahun pertama merupakan saat-saat yang tepat untuk memberi nutrisi yang cukup pada anak. Itulah mengapa ketika anak baru lahir, wajib diberi Air Susu Ibu (ASI) hingga 6 bulan, bahkan ada beberapa orang yang melakukan lebih dari 6 bulan. Setelahnya bisa diberi makanan dengan 7 kandungan nutrisi yang baik.

“Dua tahun pertama kehidupan sangat penting untuk pembentukan otak. Berlaku dengan semua anak, termasuk anak-anak yang punya penyakit langka,” ujar Dokter Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Anak, Damayanti Rusli Sjarif.

2. Pembentukan otak memerlukan nutrisi yang baik

Stunting dan Penyakit Langka Masih Ada, Pemerintah Diminta PeduliIDN Times / Dian Apriliana

Otak manusia, sejak lahir umumnya akan terbentuk ketika berusia 0-2 tahun. Untuk itu dibutuhkan makanan yang sesuai, supaya otak dapat menstimulasi dengan baik.

“Kalau dua tahun pertama dikasih makanan yang bagus, pasti otaknya menstimulasi dengan baik. Jadi, kalau anak pintar itu serabut saraf akan banyak, tapi kalau sedikit itu jadi lamban berfikir. Itu mengapa anak perlu makanan,” papar Damayanti.

3. Penyebab terjadinya stunting

Stunting dan Penyakit Langka Masih Ada, Pemerintah Diminta PeduliIDN Times / Dian Apriliana

Stunting juga dapat disebabkan oleh turunnya berat badan, disertai turunnya Intelligence Quotient (IQ). Hal tersebut jika tidak ditangani dan dibiarkan begitu saja, maka akan menjadi stunting.

Stunting udah pasti kurang makan. Di Indonesia banyak yang stunting, ternyata banyak Ibu-ibu yang tidak tahu kalau susu kental manis itu isinya gula, bukan susu. Padahal itu bahaya untuk perkembangan anak,” lanjut Damayanti.

4. Kasus penyakit langka yang menimpa anak

Stunting dan Penyakit Langka Masih Ada, Pemerintah Diminta PeduliIDN Times / Dian Apriliana

Terkait penyakit langka, seorang anak yang mengalaminya tentu tidak bisa memakan makanan yang sama dengan anak seusianya. Seperti yang dialami Sashi. Anak dengan penyakit Phenylketonuria (PKU) ini mengalami kelainan genetik, di mana tubuh tidak dapat memecah asam amino fenilanin.

Kasus langka yang dialami Sashi, membuatnya harus meminum susu khusus seharga Rp7 juta per bulan.

“Kalau gak minum susu atau gak diberi susu, IQ dia akan rendah. Nah, Sashi bisa selamat karena dia lahir di Tokyo, jadi penanganannya cepat,” ujar Damayanti.

5. Perlu dukungan pemerintah untuk tangani penyakit langka

Stunting dan Penyakit Langka Masih Ada, Pemerintah Diminta PeduliIDN Times / Dian Apriliana

Damayanti mengungkapkan, dirinya sudah lebih dari 10 tahun mengupayakan cara agar nutrisi medis khusus dapat dimudahkan aksesnya ke Indonesia. Sebab, selama ini yang jadi permasalahan adalah langkanya orphan food dan Formula for special medical purpose. “Sekalipun ada, harganya mahal dan ditahan di Bea Cukai,” ucap dia. 

“Sampai saat ini, formula medis khusus belum ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), karena tidak tercatat dalam Formularium Nasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Kami berharap pemerintah dapat membantu, agar formula medis khusus dapat dijamin melalui skema JKN, sehingga meringankan biaya kebutuhan pangan anak-anak kami,” ujar Ketua Yayasan MPS dan Penyakit Langka Indonesia, Peni Utami.

Baca Juga: Ternyata 7 Penyakit Ini Memiliki Jumlah Pasien Terbanyak di Indonesia

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya