Ketahanan Keluarga Terancam, Akademisi Bangun Aplikasi Keren Fam Link

Terdapat tujuh instrumen dalam ketahanan keluarga

Depok, IDN Times - Perlindungan keluarga sangat dibutuhkan sekarang ini, karena berbagai ancaman, tantangan sosial dan ekonomi mendera keluarga Indonesia.

Jumlah penduduk miskin pun semakin meningkat dari waktu ke waktu. Pada Maret 2019, mencapai 1,28 juta orang menjadi  26,42 juta pada Maret 2020, serta masih ada 22,61 persen rumah tangga belum memiliki akses terhadap sanitasi yang layak.

Berbagai masalah lain terkait keluarga menurut analisis Koalisi Nasional Ketahanan Keluarga Indonesia (KN-KKI) menunjukkan peningkatan tindak kekerasan, konsumsi narkoba, penyintas HIV AIDS, dan kriminalitas. Terdapat 94 persen anak mengalami kekerasan verbal di kalangan anak sekolah dasar dan pecandu narkoba sebesar 3,8 juta.

Angka perceraian meningkat setiap tahunnya. Dari 408 ribu pada 2018 menjadi 438 ribu di 2019.  Belum lagi bencana alam, per 1 September 2020 jumlah bencana alam yang menimpa 1.944, terdiri dari berbagai jenis seperti banjir, gempa, dan sejumlah bencana lainnya. Untuk bencana non-alam berupa pandemik COVID-19 ini sangat mengancam kualitas keluarga Indonesia.

Baca Juga: Jokowi Targetkan Tingkat Pengangguran dan Kemiskinan 7 Sampai 9 Persen

1. KN-KKI bersinergi dengan pemerintah

Ketahanan Keluarga Terancam, Akademisi Bangun Aplikasi Keren Fam LinkInisiator KN-KKI, Prof Euis Sunarti, (IDNTimes/Dicky)

Inisator KN-KKI Profesor Euis Sunarti mengatakan, dalam rangka mempercepat pembangunan diperlukan koordinasi strategi dan program ketahanan keluarga secara nasional. Untuk itu, dibentuk KN-KKI sebagai wadah musyawarah yang bersifat independen, untuk menjadi mitra pemerintah.

"Kami ingin bersinergi dengan pemerintah membantu mengatasi masalah ketahanan keluarga di Indonesia," ujar Euis, Depok, Kamis (24/12/2020).

Euis menjelaskan, KN-KKI merupakan gabungan dari para akademisi dan peneliti dari perguruan tinggi, lembaga kajian dan pengembangan, perorangan yang berkontribusi dalam pembangunan keluarga, organisasi masyarakat, keagamaan, media dan dunia usaha dengan tidak melihat latar belakang suku, agama, ras dan adat Istiadat.

KN-KKI sepakat bahwa keluarga harus diperkuat dalam menghadapi berbagai serangan yang menderanya, baik dari eksternal melalui pemikiran-pemikiran asing yang destruktif dan kontra-produktif dan internal.

2. Tujuh instrumen aplikasi Fam Link

Ketahanan Keluarga Terancam, Akademisi Bangun Aplikasi Keren Fam LinkSeminar melalui daring yang di lakukan KN-KKI. (IDNTimes/Dicky)

Euis mengungkapkan, untuk memperkuat keluarga dari sisi internal dibuatlah instrument diagnostic ketahanan keluarga, dengan dinamai Fam link. Peresmian KN-KKI ini menjadi momen peluncuran perdana aplikasi Fam Link yang terdiri dari tujuh instrumen. 

"Menurut kami ada tujuh instrumen fam link yang dapat memperkuat sisi internal ketahanan keluarga," ucap Euis.

Euis menuturkan, tujuh instrumen tersebut meliputi, Siren Ga atau mendeteksi kerentanan keluarga, Fungsi Ga mendeteksi keberfungsian keluarga, Tahan Ga mendeteksi kemampuan keluarga, Aksi Ga mendeteksi kualitas interaksi keluarga, Siap Ga mendeteksi kesiapan berkeluarga.

Kemudian, Resiliensi Ga mendeteksi kemampuan mengubah aset menjadi faktor pelindung mencegah krisis keluarga, Ling Ga mendeteksi persepsi keluarga terhadap lingkungan eksternal dan internal baik fisik maupun nonfisik.

"Output dari instrumen ini adalah berupa tingkat atau level sesuai jenis instrumennya," kata Euis.

Euis mencontohkan, ketika menggunakan instrumen Siren Ga, keluar angka tujuh, maka keluarga anda termasuk kategori cukup rentan. Setelah itu akan mendapat masukan upaya solusi atau referensi rujukan.

"Instrumen ini mempunyai tujuan agar keluarga bisa segera mencari solusi terbaik untuk menjaga keharmonisan dan keutuhan rumah tangga," tutup Euis. 

3. Angka kemiskinan menurut data BPS

Ketahanan Keluarga Terancam, Akademisi Bangun Aplikasi Keren Fam LinkIlustrasi Keluarga. IDN Times/Mardya Shakti

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar 9,78 persen, mengalami peningkatan 0,56 persen poin pada September 2019 dan meningkat 0,37 persen poin dari Maret 2019.

Sedangkan, jumlah penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar 26,42 juta orang, mengalami peningkatan sebesar 1,63 juta orang pada September 2019, dan meningkat 1,28 juta orang sejak Maret 2019. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2019 sebesar 6,56 persen, naik menjadi 7,38 persen pada Maret 2020.

Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2019 sebesar 12,60 persen, naik menjadi 12,82 persen pada Maret 2020.

Dibanding September 2019, jumlah penduduk miskin pada Maret 2020 di daerah perkotaan naik sebanyak 1,3 juta orang (dari 9,86 juta orang pada September 2019 menjadi 11,16 juta orang pada Maret 2020). Sementara, daerah perdesaan naik sebanyak 333,9 ribu orang (dari 14,93 juta orang pada September 2019 menjadi 15,26 juta orang pada Maret 2020).

4. Bencana alam selama 2020

Ketahanan Keluarga Terancam, Akademisi Bangun Aplikasi Keren Fam LinkIlustrasi Daerah Rawan Longsor (IDN Times/Sukma Shakti)

Sementara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan ada 2.841 bencana alam terjadi di Indonesia sejak 1 Januari hingga 16 Desember 2020. Banjir menjadi bencana yang paling banyak terjadi, yaitu mencapai 1.033 kejadian.

Untuk bencana puting beliung mencapai 853 kejadian, sedangkan tanah longsor terjadi 543 kali pada periode tersebut. Selain itu, BNPB mencatat 368 orang meninggal dunia dan 39 orang lainnya hilang. Selanjutnya, BNPB melaporkan 532 orang luka-luka akibat tertimpa bencana alam, serta 6.298.209 orang menderita dan mengungsi.

Bencana alam yang terjadi hingga pertengahan Desember 2020 menyebabkan 41.945 rumah rusak. Terdiri dari 9.786 rumah rusak berat, 6.035 rusak sedang, dan 26.124 rusak ringan, serta total fasilitas umum yang rusak mencapai 1.540 unit.

Baca Juga: 2.841 Bencana Alam Landa Indonesia Selama 2020, 368 Meninggal Dunia

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya