Jakarta, IDN Times - Tiap 15 November diperingati sebagai HUT Korps Marinir TNI Angkatan Laut (AL). Korps Marinir dibentuk dari kota kecil, Tegal, Jawa Tengah.
Pada 1945, sejumlah tokoh dan pelaut-pelaut veteran Indonesia yang pernah bertugas di Koninklijke Marine (AL Kerajaan Belanda) dan Kaigun (AL penjajah Jepang), ikut berperan dalam melahirkan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut yang kini disebut TNI AL. Sejumlah pelaut veteran itu antara lain R.E Martadinata, M. Nazir dan Mas Pardi.
Dikutip dari situs Marinir, Korps Marinir dengan mudah dikenali dari warna baret ungu. Warna tersebut terinspirasi dari warna bunga Bougenville yang selalu gugur sebelum layu.
"Hal ini melambangkan pengabdian Korps Marinir yang selalu siap berkorban jiwa raga, demi keutuhan dan kejayaan NKRI," demikian yang dikutip dari laman Marinir TNI AL.
Marinir memiliki semboyan "Jalesu Bhumyamca Jayamahe", yang artinya "di laut dan darat kita jaya". Keberadaan Marinir secara khusus terbentuk pada 15 November 1945 di Pangkalan IV Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Tegal. Para pelaut senior Indonesia yang merupakan anggota ALRI, dilatih untuk bisa bertempur di darat dalam keadaan darurat.
Korps Marinir memiliki fungsi pasukan pendarat yang menyerang dari laut ke darat. Mereka dibekali beberapa pelatihan militer lintas matra, untuk menunjang penugasan khusus.
Lalu, mengapa Korps Marinir TNI AL kerap dijuluki si Hantu Laut?