Alasan Kuat Mega Takut dengan Nasib RI Kalau Dirinya Sudah Tak Ada
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri waswas dengan nasib Indonesia ke depan. Terlebih Mega menilai, Indonesia nampak mengikuti arus dunia, terutama barat.
Padahal, kata Mega, bangsa Timur lebih unggul dalam hal seni dan budaya. Dia juga menyinggung bagaimana Indonesia saat ini dinilai terlalu nikmat ada di zona nyaman.
1. Mega khawatir kondisi RI ke depan
Lebih lanjut Mega lalu mengungkap kekhawatirannya terkait kondisi Indonesia jika dirinya sudah tak ada. Hal itu, bahkan pernah disampaikan Mega ke Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
"Saya ngobrol sama Sekjen saya, ini nih, kok bangsa ku udah terlalu nikmat dengan zona nyaman, loh, aku udah khawatir. Nanti suatu saat kalau aku udah ndak ada, terus piye yo, gimana yo?" katanya saat jadi pembicara kunci di Seminar Nasional Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB), Rabu (1/5/2022).
Baca Juga: Peringati Hari Lahir Pancasila, Aktivis 98 Renovasi Rumah Cucu Marhaen
2. Mega menyayangkan, padahal Timur luar biasa sekali
Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu lantas menyinggung negara-negara besar. Megawati mengatakan mayoritas warga yang bermukim di negara tersebut bukan merupakan bangsa sendiri.
Editor’s picks
"Masa kita mau ngikutnya ke barat mulu loh, dari sisi budaya seni, yang namanya Timur itu luar biasa sekali," kata Megawati lagi.
"Yang disebut orang Amerika itu orang asli Amerika, kan tidak. Mereka itu kan orang dari Inggris sebagai penjahat dibuang ke sana," ujarnya.
"Nah Australia apa? Kan Aborigin. Selandia Baru apa? Mau kita dibegitukan? Kalau saya ndak biar orangtua," katanya.
Baca Juga: 3 Perbedaan Hari Kelahiran Pancasila dengan Kesaktian Pancasila
3. Jangan lupakan Pancasila
Di depan para rektor, Megawati mengingatkan jangan sampai terseret arus dunia serta selayaknya hidup dengan berlandaskan ideologi Pancasila.
Megawati meminta para rektor agar memperhatikan kurikulum yang bisa menjaga pelaksanaan ideologi Pancasila.
"Jadi bagaimana bapak-bapak rektor supaya ini dapat menjadi sebuah kurikulum yang mau tidak mau harus diutarakan supaya anak didik kita tahu bangsa ini terbentuk karena adanya Pancasila, itu perekat bangsa," katanya.
"Jangan kita melupakan Pancasila hanya gara-gara dibuat Bung Karno," ucapnya.