Awas! Bahaya Mengintai di Balik Nikmatnya Minuman Boba  

Gula darah bisa langsung naik

Jakarta, IDN Times - Demam minuman boba saat ini tengah melanda generasi millennials. Gerai-gerai minuman dari Taiwan ini pun menjamur di tiap sudut ibu kota.

Ternyata ada bahaya yang mengintai dalam segelas minuman boba yang identik dengan rasa manis ini, lho.

1. Gula darah langsung naik setelah dua menit

Awas! Bahaya Mengintai di Balik Nikmatnya Minuman Boba  IDN Times/Dewi Suci

Sekjen Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) dr Em Yunir SpPD, KEMD, mengungkapkan boba sebenarnya terbuat dari terigu yang kaya karbohidrat, terlebih boba biasanya merupakan pelengkap dari minuman kekinian seperti kopi susu, teh yang cenderung manis

Pemberian gula baik gula aren, gula batu, atau gula pasir menurut Em Yunit sama saja karena masuk dalam golongan monosakarida.

"Yang jadi masalah gula aren, gula batu dan pasir jika diminum selang dua menit gula darah langsung naik karena penyerapan cepat apalagi ditambah boba," imbuhnya.

2. Tren minuman boba bisa memicu diabetes

Awas! Bahaya Mengintai di Balik Nikmatnya Minuman Boba  IDN Times/Roh Cahaya Padang

Dia mengatakan tren minuman boba juga kopi kekinian bisa memicu timbulnya diabetes sebab tidak hanya minum tapi mereka juga menambah kudapan lain seperti kue atau cookies sebagai cemilan pendamping kopi.

"Suasana kita saat ini tengah dimanja, sudah harganya murah, rasanya enak, dianterin lagi. Padahal minuman kekinian bukan suatu kebutuhan," terangnya.

Dia menambahkan sebenarnya Kemenkes sudah memberikan peraturan agar ada labeling di minuman siap saji, namun nampaknya tidak berpengaruh banyak.

"Biasanya di minuman ada kandungan kalorinya, bahkan jumlah kalori di minuman ada juga yang ditandai dengan warna merah, kuning, hijau tapi anak muda kalau diberitahu itu tanda merah, kalori tinggi jawabnya ya bagaimana ya enak kok," paparnya.

3. Tren prevalensi penyakit diabetes melitus semakin meningkat

Awas! Bahaya Mengintai di Balik Nikmatnya Minuman Boba  HERBAL DIABETES

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Anung Sugihantono, M.Kes memaparkan hasil Riskesdas 2013 dan 2018 menunjukkan bahwa tren prevalensi penyakit Diabetes Melitus di Indonesia juga meningkat dari 6,9 persen menjadi 8,5, persen, sementara prevalensi penyakit DM menurut diagnosa dokter meningkat dari 1,2 persen menjadi 2 persen

Anung menambahkan faktor-faktor risiko obesitas pada orang dewasa juga naik 14,8 persen menjadi 21,8 persen, obesitas sentral dari 26,6 persen menjadi 31persen, faktor merokok dari 28,8 persen menjadi 29,3 persen, kemudian aktivitas fisik kurang dari 26,1 persen menjadi 33,5 persen dan kurang makan sayur dan buah dari 93,5 persen menjadi 95,5 persen.

"Hasil riskesdas juga menunjukkan banyak penderita diabetes melitus yang tidak rutin minum obat antidiabetes atau suntik insulin dengan alasan merasa sudah sehat sebanyak 50,4 persen,"paparnya.

4. Gaya hidup juga picu timbulnya diabetes

Awas! Bahaya Mengintai di Balik Nikmatnya Minuman Boba  unsplash.com/Jason Leung

Selain gaya hidup peningkatan pravelansi penderita juga disebabkan kurangnya edukasi.Anung mencontohkan banyak penderita yang tidak rutin berobat namun percaya dengan obat tradisional.

"Penderita DM tidak menyadari kalau dirinya menderita penyakit DM dan kurangnya kesadaran klien terhadap kontrol berkala.," ujarnya

Peningkatan prevalensi DM juga disebabkan masa transisi, demografi, teknologi, epidemiologi, budaya perilaku, ekonomi.

"Hal ini tentunya dapat menimbulkan terjadinya ledakan peningkatan kasus-kasus komplikasi DM seperti gagal ginjal, penyakit jantung koroner, stroke," ungkapnya.

Baca Juga: 10 Kreasi Unik Makanan dengan Topping Boba, Sudah Coba yang Mana Saja?

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya