Banyak Perilaku Penumpang Tidak Etis di MRT, Begini Kata Pengamat

Kompetensi sosial harus diajarkan sejak dini

Jakarta, IDN Times - Kejadian tidak etis yang baru-baru ini terjadi di tengah semarak peresmian Moda Raya Terpadu (MRT) viral di media sosial. Mulai dari penumpang bergelantungan, berdiri di atas tempat duduk, hingga membuang sampah sembarangan.

Hujatan pun membanjiri kolom komentar, yang menyayangkan perilaku penumpang. Namun ada juga yang menyayangkan perekam tidak menegur penumpang tersebut.

Di sisi lain, tidak bisa dipungkiri media sosial sudah jadi bagian masyarakat saat ini, untuk alat komunikasi dan bersosialisasi. Melalui media sosial, pengguna bisa mengetahui situasi yang terjadi di tengah masyarakat, bahkan bisa menjadi perbincangan panas di media sosial.

Fenomena mendokumentasikan saat ini seakan jadi perilaku yang kali pertama dilakukan, saat melihat sesuatu yang salah di tengah masyarakat. Bagaimana menurut pendapat pengamat sosial perihal fenomena tersebut?

1. Manusia makhluk komunal

Banyak Perilaku Penumpang Tidak Etis di MRT, Begini Kata PengamatInstagram/@jktinfo

Pengamat Sosial Universitas Indonesia Devie Rahmawati mengungkapkan fenomena ini terjadi karena masyarakat merupakan komunal, yakni membangun harmoni.

"Jika seseorang melihat sesuatu yang salah, kadang ada perasaan kalau kita tegur akan merusak hubungan, meski kita tidak kenal dengan orang tersebut," ujar dia.

Devie mencontohkan, jika melihat orang buang sampah sembarangan kadang tidak ditegur, karena tidak mau hubungan yang harmoni rusak meski dengan seseorang yang tidak dikenal.

Baca Juga: [BREAKING] Resmi Beroperasi, Segini Tarif MRT dan LRT di Jakarta

2. Manusia ingin jadi pahlawan di media sosial

Banyak Perilaku Penumpang Tidak Etis di MRT, Begini Kata PengamatInstagram/@jktinfo

Menurut Devie faktor lain yang membuat orang suka mengunggah adalah dorongan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu ingin menjadi pahlawan.

Kehadiran media sosial memberi kesempatan tiap orang jadi pahlawan, dengan mengabarkan hal-hal yang penting yang terjadi di masyarakat.

"Semisal ada kecelakaan jika bisa mem-posting pertama kali di media sosial, dia merasa jadi pahlawan, terutama bagi keluarga. Itulah mengapa seseorang cenderung memilih mendokumentasikan kejadian dibanding bertindak atau menolong," kata dia.

3. Takut ditampar bila ditegur

Banyak Perilaku Penumpang Tidak Etis di MRT, Begini Kata PengamatInstagram/@jktinfo

Menurut Devie perilaku tersebut bisa diubah dengan latihan. Orang yang mengunggah sesuatu di media sosial bisa jadi dia tidak tahu hal tersebut salah, namun menganggap hal tersebut lucu atau tahu kalau hal tersebut salah tapi tidak menguasai kompetensi sosial.

"Jangan-jangan kalau saya tegur nanti ditampar nih, dimarahi nih, jadi kepedulian memang harus dilatih sejak dini," kata dia.

4. Kompetensi sosial harus diajarkan sejak dini

Banyak Perilaku Penumpang Tidak Etis di MRT, Begini Kata PengamatANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Devie mencontohkan Jerman memasukkan kurikulum kompetensi sosial sejak dini. Anak-anak di negara tersebut kali pertama masuk di dunia pendidikan bukan membaca, menulis, dan berhitung yang diajarkan, tetapi kompetensi sosial.

"Anak-anak dari kelas satu sampai tiga diajarkan hal-hal sederhana terkait hubungan sosial, semisal membukakan pintu, bagaimana menolong disabilitas, menempatkan sepeda, antre, peduli sesama, sehingga sudah mengakar sejak kecil, sebaliknya kompetensi sosial kita masih lemah," kata dia.

Semoga kita sama-sama menjaga sikap dan memelihara fasilitas umum lainnya ya, tak hanya di MRT, guys.

Baca Juga: YLKI: Meski Terlambat, Tarif MRT Sudah Adil

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya