Epidemiolog: PCR-Antigen Kurangi Risiko Tapi Tak Jamin Tertular COVID
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad, menegaskan aturan tidak wajib melakukan tes antigen maupun PCR sebagai syarat perjalanan, mestinya tak berlaku bagi yang sudah vaksin lengkap hingga booster meski dianggap sudah memiliki kekebalan.
“Mereka yang vaksin hingga booster untuk risiko tertular sudah turun. Jadi antigen dan PCR itu tujuannya mengurangi risiko, meski harus diakui tidak bisa menghilangkan risiko sama sekali," ungkapnya dalam siaran tertulis, Kamis (17/3/2022).
Baca Juga: 252 Varian Omicron Siluman Serang RI, Epidemiolog Ungkap Gejalanya
1. Jika sudah vaksin dosis kedua tidak wajib melakukan tes COVID-19 sebagai syarat perjalanan
Prasyarat perjalanan tersebut tertuang dalam Surat Edaran (SE) Satgas COVID-19 Nomor 11 Tahun 2022, dan SE Kementerian Perhubungan Nomor 21 Tahun 2022, yang menyebut bagi yang sudah vaksinasi dosis kedua dan ketiga (booster) tidak wajib melakukan tes antigen maupun PCR, sebagai syarat perjalanan.
Aturan tersebut berlaku bagi semua pelaku perjalanan dalam negeri, baik yang menggunakan transportasi udara, laut, maupun darat. Kebijakan ini pun diiringi sejumlah protokol kesehatan, guna meminimalkan penyebaran COVID-19 selama perjalanan.
2. Negatif antigen dan PCR tidak menjamin tidak ada infeksinya
Editor’s picks
Riris menerangkan pertimbangan kebijakan penggunaan tes antigen dan PCR untuk menurunkan risiko kemungkinan yang terjadi di koridor penularan transportasi, karena virus atau kemungkinan infeksi masih bisa terjadi di mana-mana dan tidak bisa dihilangkan sama sekali.
“Negatif antigen dan PCR tidak menjamin tidak ada infeksinya. Orang-orang yang tertular di perjalanan kan tidak hanya di atas kendaraan, kebanyakan kemungkinan justru di terminalnya atau bandara dan lain-lain," ucapnya.
Baca Juga: Epidemiolog: Indonesia Belum Penuhi Kriteria Masuk Fase Endemik
3. Meski sudah divaksin lengkap tidak menjamin 100 persen terlindungi dari COVID-19
Riris mengakui meskipun sudah divaksin lengkap atau booster dan memiliki kekebalan, namun tidak menjamin 100 persen terlindungi dari infeksi COVID-19.
Menurutnya, tidak ada yang aman sepenuhnya di muka bumi ini, namun upaya dapat dilakukan agar bisa menurunkan risiko seminim mungkin, sehingga masalah penularan bisa dikendalikan.
“Semuanya selalu kembali kepada masing-masing, memang yang punya risiko setiap individu bukan hanya pemerintah, karenanya kalau tidak mau tertular ya kita harus mengelola kemungkinan risiko. Tapi kalau kita tertular kita akan menjadi risiko bagi orang-orang di sekitar," terang Riris.