Heboh, Mutasi Baru Virus Corona N439K Muncul di 30 Negara 

Berbicara normal pun dapat menularkan virus

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Indonesia belum lama ini mengumumkan keberadaan hasil mutasi virus corona, B117, di Tanah Air. Masih juga hangat pembicaraan soal itu, kini dunia dihebohkan lagi dengan adanya mutasi baru virus corona yang berkembang di Inggris yakni N439K.

Ketua Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Muhammad Faqih mengungkapkan, berdasarkan penelitian varian N439K yang sudah berada di lebih dari 30 negara, ternyata lebih "smart" dari varian sebelumnya. (Thomson et al., 2021).

Dari data yang didapatkan, penularan virus dapat melalui aerosol, yakni tetesan pernapasan yang sangat kecil sehingga dapat menempel di udara selama berjam-jam dan dalam jarak jauh.

Baca Juga: Warning! Kasus Mutasi Corona B117 Ditemukan di Jakarta

1. Berbicara normal pun dapat menularkan virus

Heboh, Mutasi Baru Virus Corona N439K Muncul di 30 Negara Ilustrasi. Ruang isolasi RSUD Kabupaten Tangerang. ANTARA FOTO/Fauzan

Karena penularan virus dapat melalui aerosol, maka kata Daeng, saat bernapas dan berbicara normal pun dapat mengeluarkan virus.

"Transmisi aerosol tidak batuk-batuk atau bersin, bernapas normal dapat menularkan," ujar Daeng dalam siaran tertulis, Rabu (10/3/2021).

Daeng juga menerangkan, ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat, dan tidak dikenali oleh antibodi poliklonal yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi.

2. Duh mengembuskan napas pun dapat menyebarkan virus

Heboh, Mutasi Baru Virus Corona N439K Muncul di 30 Negara Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih menjadi orang kedua yang mendapatkan vaksin COVID-19 (13/1/2021) (Youtube.com/Sekretariat Presiden)

Daeng memaparkan, penyebaran virus dalam bentuk tetesan berupa batuk, bersin, napas dan berbicara berukuran >5 um akan mengendap di lantai, sedangkan ukuran <0.8 -10 um tetap ada di udara hingga 1 sampai 3 jam (virus bisa hidup).

Ukuran aerosol virus terbanyak (0.5 hingga 5 um) adalah ukuran paling lambat napas (Zuo et al., 2020).

"Penularan dapat terjadi tanpa disadari karena data global 1 dari 3 orang yang bersifat asimptomatik/pre-symptomati yakni tidak bergejala, tetapi mempunyai kemampuan penerapan virus sama dengan orang yang terinfeksi yang bergejala. Terinfeksi baik bergejala atau tidak bergejala, secara tidak disadari menghembuskan napas pun dapat menyebarkan virus," katanya.

3. IDI minta pemerintah mitigasi COVID-19

Heboh, Mutasi Baru Virus Corona N439K Muncul di 30 Negara Contoh bagan hasil tracing . Dok. Humas Pemkot Surabaya

Karena itu, Daeng meminta pemerintah harus benar-benar mengkaji COVID-19 saat ini, agar usaha mitigasi penyebaran COVID-19 yang telah diterapkan menjadi efisien dan efektif.

"Bila berbagai pendekatan ternyata tidak ada perbaikan, perlu segera dipikirkan metode lain sebelum terlalu terlambat dan negara tereliminasi oleh virus. Perlu dibuat sistem perlindungan satu langkah di depan serangan virus, selangkah lebih maju," tegas Daeng.

Baca Juga: Tak Hanya Virus Corona B117, Eijkman Juga Deteksi Mutasi D614G di RI

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya